Rencana The Fed Naikkan Suku Bunga Dinilai Prematur
- Shutterstock
VIVA.co.id – Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang berencana akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Juni mendatang dinilai terlalu dini lantaran sejumlah data ekonomi di AS belum benar-benar menunjukkan perbaikan.
Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede mengatakan, saat ini suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate berada pada level 0,25 persen sampai dengan 0,5 persen. Jika Federal Open Market Committee (FOMC) benar-benar merealisasikan rencana kenaikan suku bunganya pada Juni nanti dinilai terlalu terburu-buru.
"Secara keseluruhan, keputusan bank sentral AS untuk menaikkan bunga dalam waktu dekat agak prematur. Personal Consumption Expenditure masih di bawah targetnya dua persen," kata Joshua di Hotel Aryaduta, Karawaci, Tangerang, Sabtu, 28 Mei 2016.
Joshua mengatakan, meski data ketenagakerjaan memang mulai mengarah ke arah yang positif. Namun inflasi negeri Paman Sam tersebut masih belum sesuai dengan ekspektasi.
"Karena inflasi belum sesuai harapan, terlalu terburu-buru bank sentral AS untuk menaikkan bunga pada Juni-Juli. Tapi notulensi rapat FOMC menujukkan perubahan signifikan dari dua bulan terakhir dibanding Maret lalu. Ini ada ketidakkosistenan dari kebijakan suku bunga AS," ujarnya menjelaskan.
Di sisi lain, Joshua menambahkan, kondisi mata uang dolar AS juga tidak sebaik dengan tahun lalu. Dolar AS saat ini cenderung agak melemah, tidak seperti tahun lalu yang terapresiasi hingga mencapai 10 persen dibanding hampir seluruh mata uang dunia.
"Tapi sekarang dolar sedikit melemah, ini perilakunya sebelum ada pernyataan hawkish The Fed. Kecenderungannya dolar agak melemah karena data-data Amerika belum terlalu mendukung, terutama inflasi yang belum mencapai target."
(mus)