Komponen Ini Jadi Kunci Larisnya Pertamax cs
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Peningkatan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK), seperti pertamax, pertamax plus, dan pertalite, dinilai merupakan hasil strategi pemasaran PT Pertamina, yang terus memperkecil selisih harga keduanya dengan premium. Sepanjang setahun terakhir, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax cs sebesar 22-23 persen.  Â
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahean, mengatakan selisih harga tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan penjualan pertamax cs dan pertalite.Â
"Komponen harga sangat berpengaruh pada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam penggunaan BBM," ujar dia dalam keterangannya, Kamis 26 Mei 2016.Â
Menurut Ferdinand, jika melihat fakta di lapangan, karena faktor harga masih sangat dominan, masih banyak mobil-mobil mewah yang akhirnya masih mengkonsumsi premium.
"Nah, dengan selisih harga yang tidak begitu jauh, maka orang lebih memilih BBM dengan kualitas lebih baik," kata dia.
Karena itu menurut Ferdinand, peningkatan konsumsi pertamax series belum bisa dinyatakan akibat dari kesadaran masyarakat yang meningkat. Meski memang faktor itu ada, tapi masih relatif sangat kecil.
Sebagai informasi, pada 15 Mei 2015, selisih harga pertamax dengan premium tercatat mencapai Rp2.200 per liter. Jika harga premium sebesar Rp7.400 per liter, pertamax saat ini dibanderol Rp9.600 per liter.Â
Sementara itu, di hari yang sama selisih harga premium dan pertamax tidak lebih hanya Rp900 per liter.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara mengatakan, formula harga yang digunakan Pertamina saat ini sesuai dengan harga keekonomian. Dengan harga sekarang wajar masyarakat saat ini sudah bisa memilih BBM yang berkualitas.
"Itu artinya pertamax kan kita tahu memang lebih bagus dari premium kemudian harga saat BBK saat ini memang tidak terlalu jauh dari premium," kata dia.Â
Menurut Marwan, dampak lingkungan juga menjadi perhatian masyarakat dalam menggunakan BBM bagi kendaraannya. Sehingga meskipun harga lebih mahal asalkan kualitasnya lebih baik, dinilai masih menguntungkan.
"Kecuali naik lagi signifikan berbarti nanti lain lagi ceritanya," katanya.Â
Sebagai informasi, Pertamina mencatat konsumsi pertamax yang memiliki oktan (RON) 92 meningkat dari delapan ribu kilo liter (KL) perhari menjadi 10 ribu KL perhari. Sementara itu, pertalite, BBM beroktan 90 itu juga menunjukkan hal yang positif. Hingga April 2016, konsumsi pertalite sudah mencapai 600 ribu KL.Â
(ren)