Rupiah Diprediksi Sulit Menguat
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id – Pergerakan transaksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya masih sulit untuk kembali masuk ke jalur hijau, lantaran minimnya sentimen positif domestik, di tengah menguatnya peluang Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan pelemahan rupiah yang mulai terbatas pada sehari sebelumnya tidak dapat berlanjut di perdagangan kemarin, sehingga rupiah terdepresiasi ke level Rp13.671 per dolar AS.
"Tampaknya masih ada keraguan bagi rupiah untuk menguat, mengingat belum adanya sentimen positif lain dari dalam negeri yang dapat mempertahankan rupiah di zona hijau," kata Reza, kepada VIVA.co.id, di Jakarta, Kamis, 26 Mei 2016.
Menurut Reza, meski harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan, namun rupiah belum mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk kembali menguat, karena dolar AS tengah diselimuti sentimen positif dari sikap The Fed.
Reza mengatakan, saat ini support (target batas bawah) rupiah berada pada level Rp13.680 per dolar AS, sedangkan target resistance (target batas atas) terdekat ada pada posisi Rp13.668 per dolar AS.Â
"Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah," tuturnya.
Reza juga mengatakan, rilis kenaikan new home sales AS sebesar 16,6 persen menjadi 619 ribu unit telah memberikan sentimen positif pada bursa saham AS.Â
"Para pelaku pasar juga memiliki persepsi, perbaikan data tersebut memberikan ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga," tutur Reza.
Pada akhirnya, dia mengatakan, laju dolar AS mengalami penguatan, terutama terhadap yen dan euro. "Rilis Fitch Ratings yang mengafirmasi Indonesia di level investment grade belum dapat mempertahankan rupiah di zona hijau," ujarnya.Â