Obligasi Masih Sulit Naik, Akumulasi di Harga Bawah
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Pergerakan pasar obligasi pada perdagangan pekan ini diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan pekan sebelumnya yang berada pada tren penurunan. Pelaku pasar disarankan untuk mengakumulasi pembelian di harga terendah.
"Harga obligasi tidak jauh berbeda dengan laju rupiah dan IHSG (indeks harga saham gabungan) yang secara tren masih dalam penurunan," kata analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, kepada VIVA.co.id, di Jakarta, Senin, 23 Mei 2016.
Namun, Reza mengatakan, mulai adanya pembalikan arah dari obligasi global di akhir pekan lalu tampaknya akan dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali masuk dan juga memanfaatkan pelemahan sebelumnya.
"Kami pun juga masih dalam posisi berhati-hati seiring belum cukup kuatnya volume beli yang ada untuk mempertahankan tren kenaikan," tuturnya.
Reza berharap, sentimen negatif dari sikap para petinggi Federal Reserve AS bisa berkurang, sehingga memberikan kesempatan pada laju harga obligasi untuk menguat.
"Kemungkinan laju harga obligasi bisa bergerak pada kisaran lima hingga 15 basis poin. Tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada," kata Reza.
Dia mengungkapkan, besok, Selasa, 24 Mei 2016 pemerintah akan melelang surat utang negara (SUN) dengan target indikatif Rp12 triliun dan target maksimal Rp18 triliun.
Adapun seri-seri SUN yang akan dilelang adalah sebagai berikut:
1. Seri SPN12170203 (reopening) dengan pembayaran imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada 3 Februari 2017.
2. Seri FR0056 (reopening) dengan pembayaran imbalan 8,375 persen dan jatuh tempo pada 15 September 2026.
3. Seri FR0073 (reopening) dengan pembayaran imbalan 8,75 persen dan jatuh tempo pada 15 Mei 2031.
4. Seri FR0072 dengan pembayaran imbalan sebesar 8,25 persen dan jatuh tempo pada 15 Mei 2036.