Target Kiblat Mode Muslim Dunia, Desainer Harus Lakukan Ini
- Instagram Itang Yunasz
VIVA.co.id – Tren busana muslim di dunia saat ini telah tumbuh pesat. Berdasarkan data The State of the Global Islamic Economy Report 2015/2016, pendapatan dari penjualan pakaian syar'i tersebut mendekati pendapatan sekitar US$230 miliar atau mencapai Rp3.059 triliun.
Diperkirakan pendapatan fesyen muslim ini akan berkembang hingga US$327 miliar atau sekitar Rp4.350 triliun (kurs saat ini) pada tahun 2020. Melihat peluang yang menjanjikan tersebut, sejumlah kalangan industri fesyen dunia memberi perhatian pada busana muslim.
Sejumlah merek global mulai dari kelas high-end hingga high-street fesyen tergerak merilis koleksi modest fesyen. Beberapa di antaranya DKNY, Oscar de la Renta, Tommy Hilfiger, Dolce & Gabbana, Zara, Mango, Uniqlo, H&M serta peritel high end, seperti Operandi dan Net-a-porter pun ikut melakukan kampanye Ramadan Style.
Menyadari bahwa fesyen muslim sebagai komoditi paling potensial, pemerintah pun mencanangkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim di tingkat dunia pada tahun 2020. Menjadi kiblat mode busana muslim tentunya tidak mudah, perlu dukungan mulai dari tren, pusat standarisasi kualitas, pusat produksi dan pusat belanja.
Tjahya Widayanti, Plt Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan mengatakan, pada tahun 2015, kinerja ekspor produk busana muslim berhasil menembus US$4,63 miliar dengan tren pertumbuhan ekspor 2,30 persen. Sedangkan pencapaian di Januari 2016 mengalami peningkatan 2,13 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$366,2 juta.
"Dengan ini, kami optimistis tren ini akan terus meningkat," ujarnya di kawasan Jakarta Pusat, Kamis, 19 Mei 2016.
Dia menambahkan bahwa posisi Indonesia pada 2014 berada pada urutan ke-5 sebagai pangsa pasar konsumsi busana muslim terbesar dengan nilai US$12,69 miliar. Sedangkan saat ini telah naik ke posisi ke-3 setelah Amerika Serikat dan China. Adapun eksportir busana muslim terbesar adalah China, India dan Turki.
Karena itu, Tjahya mengungkapkan bahwa sebaiknya para desainer tidak hanya menguasai desain dan branding tapi juga produksi dan distribusi.Sebab hal tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam keberhasilan bisnis mode.
"Di tengah persaingan pasar global, para pelaku industri mode busana muslim harus memiliki fondasi industri dari hulu ke hilir yang tangguh dan unggul," ungkapnya.