Survei: RI 'Paling Parah' Soal Penipuan Kredit di Asia

Aplikasi kredit pinjaman
Sumber :
  • Halomoney

VIVA.co.id – Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia-Pasifik dan ini berdampak pada lonjakan kredit konsumen  dan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, efek sampingnya, fakta-fakta tersebut membuat Indonesia menjadi “lokasi favorit” penipuan kredit atau sektor jasa keuangan lainnya.

Tipu Perempuan dengan Modus Ganjal ATM, RK Diamuk Massa

Demikian menurut survei dari perusahaan jasa informasi keuangan internasional, Experian Asia Pasific, soal tingkat penipuan di bidang jasa keuangan yang terjadi di kawasan itu. Laporan tersebut berjudul The Economics of Fraud itu bertajuk Mitigating risk Amdst fast Growth and Innovation

Laporan itu, yang dikirim ke VIVA.co.id hari ini, memetakan lansekap penipuan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik. Terungkap bahwa 59 persen perusahaan di Asia Pasifik mengantisipasi peningkatan penipuan dalam lima tahun mendatang. 

Viral Pamer Saldo Rekening di Media Sosial: Kenali 4 Bahaya yang Mengintai!

Sebanyak 51 persen dari responden perusahaan yang disurvei mengindikasikan, mereka sekarang menghabiskan lebih banyak waktu dan investasi dalam pencegahan penipuan.

Secara ringkas, laporan Experian itu mengungkap beberapa hal yang terkait Indonesia mengenai jasa keuangan dan upaya meredam penipuan yang dilakukan perusahaan, berikut uraiannya. 
 
- Dalam skala 1-5 (5 adalah terparah), di seluruh Asia Pasifik, China mendapatkan poin 3,9 dan Indonesia 4,6, artinya paling sibuk menangani penipuan dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Australia dan Selandia Baru, masing-masing dengan angka 3 dan 3,1.

Waspada Kejahatan Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan Saat Lebaran

- Menurut perusahaan-perusahaan jasa keuangan, pasar-pasar bertumbuh cepat seperti Indonesia memiliki risiko tinggi dalam penipuan aplikasi kredit (86 persen). Sementara, China (70 persen) dan Malaysia (65 persen) memiliki risiko penipuan yang terjadi karena transaksi perbankan online.

- Perusahaan-perusahaan jasa keuangan Indonesia hampir seluruhnya setuju (86 persen) dalam mengatakan penipuan aplikasi kredit sebagai area pertumbuhan nomor satu.

- Checkout, sebuah perusahaan transaksi online yang mengawasi transaksi-transaksi terhadap penipuan, melakukan berbagai pengujian statistik untuk menganalisa aktivitas penipuan. Perusahaan ini menempatkan Indonesia dalam posisi terendah di indeks penipuan dunia, dengan angka yang terpaut cukup jauh.

- Langkah-langkah yang diambil perusahaan-perusahaan Indonesia dalam mencegah penipuan memiliki keunggulan dibanding perusahaan-perusahaan Asia Tenggara lainnya, dalam hal pengaruh ke proses orientasi pelanggan.

Sayangnya, meskipun banyak perusahaan terkemuka sudah memiliki langkah-langkah pencegahan penipuan, langkah-langkah tersebut dinilai harus lebih diperkuat. karena secara konstan harus mengimbangi mitigasi risiko dengan pengaruh dan gangguan terhadap pelanggan. 

"Dengan adopsi cepat akan perdagangan elektronik dan mobile, negara-negara dengan perkembangan cepat sekarang menghadapi risiko serangan penipuan dalam jumlah dan jenis yang semakin banyak. Biaya-biaya keuangan, yang dihadapi perusahaan-perusahaan di hampir semua segmen industri, jumlahnya signifikan, dan risiko terhadap reputasi bahkan lebih berat lagi," kata  Managing Director of South East Asia, Experian, Jeff Price. 

Sebagai informasi, studi ini dilakukan dengan 164 eksekutif manajemen penipuan senior di enam negara dari September 2015 hingga Januari 2016. Termasuk dalam negara-negara yang disurvei adalah Australia, Selandia Baru, China, Singapura, Indonesia dan Malaysia. 

Temuan-temuan kemudian dianalisa lebih lanjut oleh Centre for Economics Business and Research (CEBR) untuk mengevaluasi korelasi antara tren makro ekonomi dan juga tren e-Commerce dan m-Commerce dalam hal transaksi penipuan di Asia Pasifik. 

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya