Lonjakan Harga Minyak Beri Sentimen Positif Rupiah
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Pergerakan transaksi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Rabu, 18 Mei 2016 diperkirakan akan dapat bertahan di jalur hijau berkat dukungan dari sentimen harga minyak dunia.
"Harapan akan adanya penguatan baru terlaksana kali ini. Harapan kami agar laju rupiah dapat bertahan di zona positif sehingga dapat membuka peluang kenaikan lebih lanjut," kata Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, di Jakarta, Rabu 18 Mei 2016.
Reza mengatakan, lonjakan harga minyak yang terjadi memberikan sentimen positif bagi rupiah, di mana pergerakan tersebut mampu mengimbangi laju dolar AS.
Tampaknya rupiah lebih memilih untuk menguat, meskipun pergerakannya dibatasi oleh laju yen yang cenderung melemah, seiring dengan rencana Bank of Japan untuk memberikan pelonggaran moneter.
"Rupiah hari ini akan bergerak di kisaran target batas bawah di level Rp13.286 dan target batas atas di level Rp13.268 per dolar AS. Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah," tuturnya.
Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), kemarin, menyentuh level tertinggi sejak Oktober tahun
lalu. Minyak WTI ditutup di US$48,31 per barel, naik 59 sen atau 1,2 persen.
Utang luar negeri meningkat
Di sisi lain, kata Reza, rilis dari dalam negeri berupa angka utang luar negeri Indonesia ditanggapi dingin karena masih dianggap stabil meski terdapat kenaikan jumlah.
Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan I 2016 tercatat sebesar US$316 miliar atau tumbuh 5,7 persen (year on year), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada akhir triwulan IV 2015.
Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang tercatat meningkat, sementara ULN jangka pendek menurun. Sementara berdasarkan kelompok peminjam, ULN sektor publik tercatat meningkat, sementara ULN sektor swasta menurun.
Pada akhir triwulan I 2016, posisi ULN sektor publik sebesar US$151,3 miliar (47,9 persen dari total ULN), sementara ULN sektor swasta mencapai US$164,7 miliar (52,1 persen dari total ULN).
Sedangkan, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan I 2016 tercatat sebesar 36,5 persen, sedikit meningkat dari 36 persen pada akhir triwulan IV 2015. Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN sektor swasta.