Mendag: Jika Rupiah Rp15.000, Itu Mengerikan
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id – Pertumbuhan ekonomi nasional sejak tahun 2012 memang seperti ditelan ombak. Bagaimana tidak, hasil ekspor tambang yang selama ini dimanfaatkan sebagai motor penggerak perekonomian tiba-tiba runtuh.
Booming komoditas yang terjadi pada periode tersebut memang andalan Indonesia dalam menggapai pertumbuhan. Namun, berakhirnya era tersebut komoditas akhirnya membuat perekonomian seakan kehilangan arah.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang mampu bergerak di atas lima persen, tiba-tiba terperosok menjadi di bawah angka tersebut. Bahkan, sampai dengan tahun lalu beberapa indikator ekonomi nasional pun belum menunjukan pemulihan.
Hal ini diakui oleh Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong saat menjadi pembicara dalam acara Economi Outlook 2016, ASEAN Economic Community Indonesia to Punch Above It's Weight di Hotel Mulia, Jakarta.
"Setiap tahunnya ekonomi melambat. Kuartal III-2015, rupiah payah sekali karena sempat mendekati Rp15.000 per dolar AS. Saya baru menjabat tiga bulan, melihat itu sesuatu yang mengerikan," kata Tom, sapaan akrab Thomas, Kamis, 12 Mei 2016.
Menurut Tom, geliat perekonomian dalam negeri pada tahun ini memang mulai mengarah ke level yang lebih baik, meskipun pertumbuhan di kuartal I-2016 masih berada di bawah perkiraan pemerintah.
Namun, sentimen dari ekonomi global diakui Tom memang tidak terelakkan. Misalnya seperti aktivitas perdagangan yang cenderung melesu. Otomatis, hal ini akan memengaruhi kinerja ekspor dan impor dalam negeri.
"Empat dan lima tahun terakhir itu periode paling parah dalam perdagangan global. Perdagangan global tidak pernah selesu ini dalam 20 tahun terakhir. Meski surplus, belum tentu menggembirakan."
(mus)