Hati-hati, Pegang Uang Tunai Bisa Boros. Ini Alasannya
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id – Pernah dengar kalau pegang kartu kredit itu bikin boros? Mungkin Anda pernah mendengar nasihat keuangan yang bilang kalau lebih baik pegang uang tunai, atau kartu debit, karena bisa mencegah pemborosan. Padahal, itu tidak sepenuhnya benar.
Di satu sisi, kartu kredit merupakan alat bantu transaksi yang berfungsi untuk menunda pembayaran.
Meskipun rekening bank Anda nol-nya cuman sedikit, tetap saja Anda bisa pakai kartu kredit untuk membeli barang jutaan rupiah, karena baru ditagihkan pada tanggal jatuh tempo.
Orang yang sulit menahan keinginan belanja akan cenderung mudah menggesek kartu kreditnya ke mana-mana. Bagi orang-orang ini, disarankan untuk membaca beberapa trik untuk mencegah pemborosan dengan kartu kredit.
Nah di sisi lain, memegang uang tunai-pun tidak bisa menjamin 100 persen orang tidak boros. Kenapa? Simak lima alasan pegang uang tunai bisa bikin boros berikut:
1. Sulit menahan diri dari membeli barang bernilai rendah
Jika Anda tipe yang sulit mengontrol keinginan untuk jajan namun sering membawa uang tunai dalam jumlah banyak, sebaiknya waspadalah.
Anda akan mudah tergoda untuk membeli berbagai camilan yang dijajakan di kantor atau kantin, atau ketika lewat di pinggir jalan tempat banyak gerobak jajanan nongkrong.
Bisa jadi juga Anda tergoda untuk sering membeli jajanan di jalan. Kecuali memang sudah dianggarkan, pengeluaran untuk jajan ini dapat membuat kamu boros. Baca juga: Inilah 4 Alasan Utama Kenapa Orang Malas Membuat Budget!
2. Potensi ceroboh saat membayar dengan uang kertas
Bagi Anda penggemar uang ‘bagus’, hati-hati karena uang bagus umumnya mudah melekat satu sama lain saat ditaruh di dompet.
Kalau Anda ceroboh, bisa-bisa Anda malah memberikan uang kebanyakan saat membayar suatu transaksi.
Masih untung kalau kasir sadar dan menyerahkan kelebihannya. Kalau tidak, maka siap-siap uang Anda melayang banyak. Pastikan uang tidak melekat saat membayar ya.
3. Uang berpotensi dapat sobek atau cacat
Uang tunai terutama uang kertas mudah menjadi cacat dan sobek sehingga belum tentu dapat diterima sebagai alat pembayaran tunai di toko atau kasir supermarket.
Hindari sering menyimpan uang di saku celana atau daerah sempit lain yang dapat menyebabkan uang Anda rusak.
Selain itu, uang receh berpotensi mudah tercecer dan hilang. Kalau setiap hari Anda kehilangan Rp500, maka dalam sebulan Anda akan kehilangan Rp15 ribu atau Rp180 ribu dalam setahun. Lumayan kan?
4. Pasrah dengan kembalian
Bagi Anda yang sering berbelanja di toko atau supermarket, pasti tidak asing dengan harga-harga yang angkanya ‘jelek’ seperti Rp35.450 atau Rp274.927 (karena efek diskon). Sebagian toko atau supermarket memang memberi kompensasi kembalian dengan permen, tapi belum tentu berguna untuk Anda kan?
Bahkan, banyak yang membulatkan harga ke atas sehingga Anda tidak mendapatkan kembalian yang utuh.
Jika dalam sehari Anda kehilangan potensi kembalian sebesar Rp500, dalam sebulan Anda sudah kehilangan Rp15 ribu atau setara dengan Rp180 ribu dalam setahun. Baca juga: Ingin Punya Rumah Sendiri? Simak Tips Persiapannya!
5. Hati-hati dengan uang palsu
Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia sempat marak peredaran uang palsu alias upal. Memang ada cara umum untuk mengecek keaslian uang tunai dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang), tapi tentunya akan merepotkan kalau harus melakukannya untuk setiap uang kertas yang Anda bawa.
Kalau jumlahnya banyak, Anda akan memboroskan waktu saja. Jika kebetulan Anda tertangkap membayar dengan uang palsu yang tidak Anda sadari, maka Anda juga yang akan terkena masalah, meski Anda tidak bermaksud menggunakannya.
Sekalipun dibebaskan, nilai uang yang Anda miliki jadi berkurang sejumlah uang tunai palsu di dompet Anda. Sayang kan?
Jadi, murni memakai uang tunai juga tidak bisa menjamin bahwa Anda tidak akan boros. Uang tunai, kartu debit, maupun kartu kredit sebenarnya tidak selalu pasti akan membuat Anda hemat ataupun boros.
Yang terpenting adalah komitmen dari Anda untuk berbuat hemat.
(mus)