Pemahaman Nilai Keberagaman Harus Ditanamkan Kembali
VIVA.co.id – Dalam rangkaian kegiatan Safari Kebangsaan Merajut Kebhinnekaan bersama Ketua MPR Zulkifli Hasan di Solo, Jawa Tengah, Selasa 10 Mei 2016, Ketua MPR Zulkifli Hasan menyempatkan diri melakukan kunjungan silaturahmi ke Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf seorang ulama setempat.
Kepada Habib, Ketua MPR menyampaikan rangkaian kegiatan Safari Kebangsaan yang sudah dilakukan di beberapa daerah di pulau Jawa. Safari Kebangsaan, dimaksudkan untuk merajut kembali ke-bhinnekaan Indonesia.
"Pasca reformasi ada banyak hal-hal yang baik dan ada pula hal-hal yang kurang bagus antara lain saat ini banyak masyarakat kita yang saling benci saling marah dan semua hal-hal negatif yang memicu konflik. Pemahaman kembali nilai keberagaman dan saling menghargai harus ditanamkan kembali melalui pemahaman empat konsesus dasar yang di dalamnya ada Pancasila," ujarnya.
Selain itu, lanjut Ketua MPR, ada lagi yang patut diperhatikan semua elemen bangsa yakni soal makin banyak terjerumusnya generasi muda Indonesia dalam kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan dan hal negatif lainnya dikarenakan narkoba dan minuman keras.
Kepada Habib, Ketua MPR mengungkapkan bahwa Indonesia dalam darurat natkoba. Darurat narkoba ini terlihat dari berbagai pemggerebekan narkoba yang hasilnya tidak main-main ratusan ton narkoba di sita dati gembong-gembong narkoba. Ini yang terlihat, bagaimana yang tidak terlihat.
"Miras juga seperti itu berbotol-botol ratusan liter miras disita. Ini sangat mengkhawatirkan. Narkoba dan miras akan membawa generasi muda kita yang semula tidak jahat menjadi jahat," ujarnya.
Diutarakan Ketua MPR, pemahaman nilai-nilai Pancasila yang didalamnya ada nilai agama dan nilai luhur bangsa akan membentuk kepribadian anak bangsa sehingga akan menjadi benteng terhadap serbuan narkoba dan miras.
Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf sangat mengapresiasi kegiatan positif yang dilakukan Ketua MPR RI. Memang, bangsa ini butuh sentuhan kembali nilai-nilai agama dan nilai luhur bangsa.
Soal banyak sekali ditemui potensi-potensi merusak dan mengadu domba antar agama, ras dan suku patut diwaspadai. Sebagai contoh Islam banyak dikatakan keras karena segelintir oknum padahal Islam, adalah agama rahmatan lil alamin. Tidak mungkin Islam mengajakan saling benci dan saling berkonflik.
Soal penebar kebencian dan saling marah antar sesama rakyat. Habib melihat hal tersebut memang harus segera ditangani. Namun, yang perlu diingat adalah, penebar saling benci, saling marah sebagian besar dilakukan oleh elit dan pejabat tinggi. Karena sikap merekalah maka menular dan diikuti secara sadar atau tidak ke rakyat banyak dan rakyat bawah.
"Itu yang harus diperhatikan. Para elit pejabat harus berubah dan memberikan contoh baik kepada masyarakat luas. Dalam setiap majelis ilmu, saya selalu menerapkan agar rakyat tidak saling caci, tidak saling benci dan saya berusaha membangkitka rasa saling menghormati dan saling menghargai," katanya.
Soal bahaya dan darurat narkoba, Habib mengungkapkan setiap rakyat mewaspadai sekeliiling pergaulan terutama pergaulan anak-anak.
"Kenali sekeliling dan waspada sebab bahaya narkoba banyak menyusup kepada setiap manusia Indonesia tanpa kecuali. Saya sendiri dalam pengajaran saya, selalu menyelipkan soal agama dan nilai luhur bangsa melalui syair-syair lagu baik itu shalawat dan lainnya dan itu sudah lama sekali. Intinya saya sangat hargai peran lembaga negara seperti MPR yang berkiprah dan berperan dalam memperbaiki dan memberikan pemahaman kembali agama dan nilai luhur bangsa," katanya. (webtorial)