Intip Busana dari Kain Tradisional dalam Tampilan Modern
- Viva.co.id/Linda Hasibuan
VIVA.co.id – Perhelatan Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) ke-13 merupakan momen desainer Tanah Air untuk menampilkan karya terbarunya. Ada enam desainer yang ambil bagian dalam acara fesyen, yang mengangkat kekayaan kain Nusantara Indonesia bagian barat tersebut.
Misalnya, Priyo Oktaviano yang mengangkat tema Lurik Arik, dengan label Spous. Dia menampilkan serangkaian koleksi siap pakai yang mengusung konsep padu padan berdaya pakai tinggi. Sedikitnya ada tujuh koleksi anyar yang ditampilkan dengan kain tradisional lurik Jawa.
Meski memakai kain tradisional, Priyo tetap menyisipkan gaya edgy, kontemporer, modern, dan urban di dalamnya. Dia juga menambahkan beberapa aksesori seperti kalung, gelang tangan, tas, ikat pinggang yang membuatnya lebih dramatis.
"Pada JFFF 2016 ini, saya menampilkan kain tradisional Lurik Jawa. Ada banyak permainan pada koleksi ini, seperti garis lurik yang diaplikasikan ke teknik peletakan dan komposisi yang saling bertabrakan satu dengan yang lain," ujarnya di Ballroom Harris Hotel & Convention, Jakarta Utara, Rabu malam, 4 Mei 2016.
Dia menambahkan, koleksinya terinspirasi dari tarian kuda lumping, dengan memakai aksesori kerincing di pergelangan kaki para model. Beberapa gaya yang dihadirkan mulai dari kemeja yang dipadupadankan dengan celana sarung, celana pipa lurus dengan blus asimetris hingga gaun over size.
Sementara itu, desainer Hian Tjen mengangkat wastra Nusantara tenun baduy. Ada sekitar tujuh koleksi yang ia tampilkan, dilengkapi dengan warna-warna pastel lembut. Rancangan ini diberi tema Etnicology. Seluruh koleksi terinspirasi dari perkawinan budaya Indonesia dan Korea, dengan sentuhan modern dan glamor.
"Saya mengangkat tenun baduy dalam dan luar. Namun, untuk saat ini saya lebih menggunakan baduy luar, karena dapat dipadupadankan dengan warna-warna terang," ujarnya.
(asp)