Radikalisme dan Individualisme Semakin Menguat
VIVA.co.id – Wakil Ketua MPR Mahyudin memberi pengantar sosialisasi Empat Pilar MPR RI di depan kelompok petani dan peternak yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Boyolali serta organisasi masyarakat, pelajar dan mahasiswa, di Pendopo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat 29 April 2016.
Sosialisasi yang menghadirkan narasumber Hardisoesilo (anggota MPR Fraksi Partai Golkar) merupakan kerjasama MPR dan HKTI Boyolali dan Kesbangpol Kabupaten Boyolali. Sekitar 300 orang menjadi peserta sosialisasi ini.
Dalam pengantarnya, Mahyudin mengatakan sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) berbeda dengan penataran P4 pada masa Orde Baru. "Kalau dulu penataran Pancasila ada pola 45 jam, 100 jam, sosialisasi Empat Pilar hanya beberapa jam dengan maksud untuk merefresh kembali dan tidak menguji," jelasnya.
Menurut Mahyudin, sosialisasi Empat Pilar MPR ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. "Pancasila memiliki arti strategis. Bung Karno hanya menggali dan merumuskan dalam lima sila. Kalau lima sila diperas menjadi gotong royong. Inilah yang mulai terkikis di negeri ini," kata Mahyudin.
Pancasila, lanjut Mahyudin, tidak perlu dipelajari karena sudah ada dalam diri setiap orang Indonesia. "Tantangan kita semakin berat yaitu memudarnya nasionalisme, radikalisme dan individualisme yang semakin menguat. Karena itu MPR concern menjelaskan Empat Pilar kepada masyarakat," kata Mahyudin.
Kasus Zaskia Gotik yang melecehkan lambang negara, imbuh Mahyudin, menjadi tanda lampu merah bagi bangsa Indonesia. "Kalau tidak memahami kebangsaan Indonesia maka menjadi lampu merah. Siapa yang bisa menjamin Indonesia bisa bertahan 100 sampai 200 tahun ke depan? Negara besar seperti Uni Soviet, Yugoslavia, bisa terpecah," katanya.
Agar Indonesia bisa bertahan, kata Mahyudin, tidak ada jalan lain kecuali menanamkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong-royong dalam diri kita terutama generasi muda bahwa kita adalah satu nusa dan satu bangsa.
"Jangan main-main dengan ideologi bangsa. Bangun nasionalisme, kebersamaan, dan gotong royong," ujarnya. (webtorial)