Soal Roket, Tiongkok Ingin Ikuti SpaceX dan Blue Origin
- REUTERS
VIVA.co.id – Tiongkok dilaporkan sedang mengembangkan teknologi roket yang bisa didaratkan kembali ke Bumi. Jika nanti terwujud, maka Tiongkok akan menyamai ambisi dari perusahaan antariksa swasta Amerika Serikat, SpaceX dan Blue Origin.
Dikutip dari Xinhuanet, Kamis 21 April 2016, seorang sumber dekat kabar tersebut melaporkan Negeri Tirai Bambu itu sedang mengerjakan teknologi roket yang bisa dipakai kembali.
Sumber mengatakan para ahli Tiongkok sudah membangun model purwarupa untuk menguji teori-teori sub sistem pendaratan roket yang bisa dipakai lagi. Bahkan laporan sebuah sumber dan pengembang roket Long March milik Tiongkok, China Academy of Launch Vehicle Technologies (CALT), menyebutkan para ahli tersebut telah menyelesaikan verifikasi pengujian menggunakan berbagai parasut yang dirangkaikan pada roket.
"Pengujian ini telah meletakkan landasan yang kokoh untuk perwujudan roket yang bisa dipakai lagi di negeri ini," kata sumber tersebut.
Dalam keterangan terpisah, Deputi Direktur Departemen Antariksa CALT, Ma Zhibin mengonfirmasi peneliti Tiongkok sedang mengerjakan roket yang bisa dipakai kembali. Zhibin mencatat teknologi yang dipakai Tiongkok ini kemungkinan berbeda dengan yang dipakai SpaceX.
"Saya meyakini kita dapat melihat beberapa hasil serius selama periode 2016-2020," kata Zhibin.
Dia mengatakan, rencana mewujudkan roket yang bisa dipakai kembali itu bisa juga lebih lama dari perkiraan tersebut. Sebab bisa dibilang proyek ini bukanlah proyek yang biasa saja.
"Membuat roket yang bisa dipakai lagi dan yang dapat diperbaiki lagi bukan pekerjaan satu hari," kata ilmuwan roket Han Houjian, perancang roket Long March-1 yang menggendong satelit pertama Tiongkok, Dongfanghong-1 ke antariksa pada 1970.
Gambaran sulitnya mengembangkan teknologi roket yang bisa dipakai lagi itu bisa tercermin pada misi SpaceX. Selama beberapa kali uji coba, roket SpaceX yang telah menembus antariksa tapi gagal saat mendarat di Bumi. Beberapa kali roket SpaceX meledak.
"Bahkan Elon Musk (pendiri SpaceX) mengakui mereka harus mengurangi muatan Falcon-9 untuk membuatnya bisa mendapat di laut," kata Houjian.