BI Diprediksi Pertahankan Tingkat Suku Bunga, Ini Alasannya
- VivaNews/ Nur Farida
VIVA.co.id – Bank Indonesia akan segera melaporkan hasil rapat dewan gubernur bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter ke depan. Selain bakal menyesuaikan suku bunga acuan yang selama ini dipatok (BI Rate), dalam laporan kali ini Bank Sentral akan mengumumkan reformulasi kebijakan baru yaitu Seven Days Repo Rate.
Seven Days Repo Rate ini merupakan bagian dari transisi suku bunga acuan baru BI yang mulai berlaku efektif pada 19 Agustus 2016 mendatang. Artinya, selama periode tersebut bank sentral akan tetap menggunakan BI Rate sebagai tingkat suku bunga acuan sampai dengan periode yang sudah ditetapkan.
Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan manuver bank sentral dalam menyesuaikan BI Rate tidak akan seperti yang dilakukan dalam tiga bulan terakhir yang memang telah menurunkan BI Rate sebesar 0,75 basis poin. Saat ini, BI Rate berada di level 6,75 persen.
“Saya kira (BI Rate) akan tetap bertahan di 6,75 persen dalam laporan kali ini,” kata Josua saat berbincang dengan VIVA.co.id, Kamis 21 April 2016.
Josua mengatakan, laju inflasi yang terjaga ditambah dengan nilai tukar rupiah yang mulai stabil menjadi alasan utama bank sentral tetap mempertahankan BI Rate. Bahkan menurutnya, BI Rate kemungkinan akan tetap berada di level saat ini sampai dengan mulai berlakunya Seven Days Repo Rate.
Meski begitu, sinyal dari arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada pertemuan di September mendatang diyakini Josua berpotensi membuat arah kebijakan moneter bank sentral berubah. “Tapi apakah itu diperlonggar atau diperketat harus dilihat. Karena The Fed memang masih open (Kenaikan suku bunga),” ucap dia.
Sebagai informasi, Seven Days Repo Rate ini merupakan bagian dari penguatan kerangka operasi moneter yang memiliki beberapa tujuan. Salah satunya, memperkuat efektivitas transmisi kebijakan operasi moneter dan pengaruhnya ke suku bunga pasar uang dan bank.