Olesan Ekstrak Mengkudu Bisa Jadi Obat Antihipertensi

Mahasiswa mempresentasikan penelitian ekstrak mengkudu jadi antihipertensi
Sumber :
  • Mitra Angelia/Viva.co.id

VIVA.co.id – Pada umumnya, obat untuk penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi di konsumsi penderita dengan cara diminum. Namun ini berbeda dengan temuan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hassanudin (Unhas).

Waspada Hipertensi Saat Kehamilan! Ini Tips untuk Mencegahnya

Mahasiswa Unhas membuat obat hipertensi berbasis pengolesan krim. Krim tersebut menggunakan bahan baku buah mengkudu yang kemudian di ekstrak.

Mukarramah, salah satu mahasiswa yang meneliti inovasi tersebut mengatakan, dengan olesan krim di kulit maka obat akan cepat masuk ke pembuluh darah. Dibandingkan oral atau diminum, ada serangkaian proses yang harus dilalui oleh obat hingga masuk ke pembuluh darah.

Jadi Biang Kerok Banyak Penyakit, Begini Trik Kurangi Penggunaan Garam pada Masakan

"Jadi seorang minum obat, obat mengalami metabolisme di hati. Nah, saat di hati itu tidak semua sampai ke pembuluh darah. Sementara saat dioles, dia total meresap ke pembuluh darah," ungkap Mukarramah, saat pemaparan di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu 20 April 2016.

Mukarramah menyebut, mengkudu mengandung zat scopoletin, yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah ketika mengalami penyempitan. Kandungan zat itulah yang berfungsi bisa menurunkan tekanan darah penderita atau sebagai antihipertensi.

Rasakan Manfaat Melon yang Luar Biasa, Hempas Hipertensi dan Perut Buncit

Proses pembuatannya hingga bisa menjadi krim, ia katakan, dilakukan dengan mengekstrak mengkudu yang diformulasikan dengan liposom, berfungsi sebagai penghantar obat ke pembuluh darah setelah dioleskan ke kulit.

"Sistem penghantar obat ini (liposom) akan mempercepat kerja dan keefektifan obat untuk menurunkan tekanan darah," ujar dia.

Mukarramah menambahkan, krim mengkudu ini telah diujicobakan pada tikus dan terbukti menurunkan tekanan darah. Namun perlu kajian lebih lanjut mengenai dosis oles yang harus digunakan oleh penderita.

"Ini masih penelitian dasar, mengenai dosis harus penelitian lanjut lagi," kata dia.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya