Di Tempat Ini Sampah Digunakan untuk Bayar Listrik
- U-Report
VIVA.co.id – Pada umumnya untuk membayar tagihan listrik masyarakat selalu menggunakan uang tunai, dan mendatangi loket-loket pembayaran listrik.
Namun, bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, membayar listrik bisa dilakukan dengan menggunakan sampah.
Sebab, di tempat itu sejak tahun 2011 telah ada “Bank Sampah”. Hanya dengan membawa sampah kering, tepatnya yang berupa plastik, kaleng bekas minuman, serta kertas, mereka sudah bisa membayar listrik.
Berbagai sampah itu kemudian ditimbang oleh petugas “Bank Sampah”. Selanjutnya, sampah yang yang terkumpul akan dinominalkan dengan sejumlah uang, serta sesuai dengan harga sampah kering yang ada di pasaran.
Uang itu kemudian disimpan di bank tersebut, dan digunakan untuk keperluan membayar tagihan listrik pemiliknya.
Sekretaris “Bank Sampah”, Chusniati, mengatakan, latar belakang pendirian “Bank Sampah” berawal dari rasa keprihatinan sejumlah warga atas kotornya sungai yang melintas di wilayah itu.
“Karena, Gunung Anyar Tambak ini kan dilalui sungai yang berdekatan dengan laut, dan saat itu kondisinya sangat kotor, banyak warga yang membuang sampah,” kata Chusniati saat ditemui di “Bank Sampah”, Gunung Anyar, Surabaya, Selasa, 19 April 2016.
Namun, Chusniati mengakui, saat itu sangat sulit untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat. Terlebih, jika diajak kerja bakti untuk membersihkan sampah yang ada, warga tidak akan bersedia dengan berbagai alasan.
“Salah satu alasannya itu warga malas kerja bakti, karena tidak ada uangnya,” ujar Chusniati.
Karena itu, Chusniati dan sebagian warga yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, kemudian mendirikan “Bank Sampah”.
“Bank Sampah” itu sebenarnya tidak hanya bisa digunakan untuk membayar tagihan listrik, tetapi juga untuk berbagai keperluan lainnya. Di antaranya untuk biaya berobat, kebutuhan saat Lebaran, dan tahun ajaran baru sekolah.
“Jadi sistemnya itu semacam simpan pinjam. Tapi, bisa juga diambil tunai sesuai permintaan masing-masing nasabah yang menyetorkan sampah itu,” tutur Chusniati.
Chusniati menuturkan, sejak adanya “Bank Sampah”, maka perlahan sudah mulai jarang warga yang membuang sampah di sungai, atau sembarangan.
Masyarakat semakin sadar, jika sampah pun bisa mereka sulap menjadi uang, atau sesuatu yang bernilai ekonomis.
“Lingkungan pun menjadi semakin bersih, dan warga sekitar juga berdaya ekonominya. Saya berharap kegiatan semacam ini juga dilakukan di kampung-kampung lainnya yang ada di Kota Surabaya,” tutur Chusniati.