Ada Freeport, Ketimpangan Ekonomi di Papua Tertinggi se-RI
- U-Report
VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim, ketimpangan antara si kaya dan si miskin di Indonesia jaraknya semakin sempit. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan gini rasio sebesar 0,01 poin dari 0,41 poin pada Maret 2015 menjadi 0,40 poin pada September 2015
Namun, masih terjadi ketimpangan di berbagai daerah seperti di Papua Barat dan Jawa Barat. Kedua daerah tersebut, tercatat sebagai daerah yang memiliki ketimpangan ekonomi yang paling besar se-Indonesia.
Sebagai informasi, apabila rasio gini mendekati angka satu poin, maka ketimpangan di suatu wilayah antara si miskin dan si kaya semakin besar.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Abdullah menyampaikan, alasan tingginya gap antara si miskin dan si kaya di Papua. Adanya ekaplorasi tambang dan daerah-daerah khusus pekerja pertambangan, membuat gap kekayaan di Papua semakin lebar.
"Papua gap-nya tinggi, karena ada yang kerja di Freeport dan pemerintah. Tetapi, yang di bawah (masyarakat tradisional) ini juga besar," kata Sairi di Kantor Pusat BPS, Senin 18 April 2016.
Ia menjelaskan, gini rasio perkotaan di Papua Barat pada September 2015, tercatat 0,35 poin. Sementara itu, di pedesaan tercatat 0,46 poin. Masyarakat tradisional masih hidup dengan budaya lama, seperti berburu dan bertani.
"Tetapi, dibanding tahun sebelumnya, capaian itu (gini rasio) sudah turun, pada September 2014 lalu, Papua Barat, kan sebesar 0,44 poin," kata dia.
Seperti diketahui, gini rasio Indonesia pada September 2015, secara keseluruhan tercatat sebesar 0,40 poin, atau turun 0,01 poin. Adapun dengan dengan rasio gini terendah adalah Bangka Belitung sebesar 0,27 poin dan tertinggi tercatat di Papua Barat dan Provinsi Jawa Barat. (asp)