Nasib Tempe dan Padi Indonesia di Luar Angkasa
- REUTERS/Joe Skipper
VIVA.co.id – Tempe dan padi, yang merupakan penelitian pelajar tanah air sukses diterbangkan NASA melalui rocket Atlas 5 dari Cape Canaveral, Florida menuju orbit pada ketinggian sekitar 400 kilometer dengan membawa Cygnus "cargo freighter".
SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatra Utara, mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi gravitasi hampir nol. Eksperimen tersebut merupakan pendahuluan sebelum meluncurkan eksperimen berikutnya untuk mempelajari "how to grow tempe in space".
Sementara eksperimen kedua disiapkan tim siswa gabungan dari beberapa SMA di Jakarta, Bandung, dan Jayapura untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa, "how to grow rice in space".
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake mengapresiasi karya sejumlah siswa gabungan anak bangsa tersebut terlibat dalam eksperimen menumbuhkan padi dan ragi di stasiun luar angkasa.
"Mereka para siswa akan bereksperimen bagaimana menumbuhkan padi dan ragi untuk membuat beras dan tempe di gravitasi nol luar angkasa," ujar Blake dalam acara seminar bertajuk 'Tempeh and Rice from Tanah Air Go To Space' di @america, Jakarta.
Menurutnya, kerja sama di bidang sains dan teknologi sangat penting bagi Amerika dan Indonesia. Dia berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi NASA, namun juga bagi para siswa.
Sementara, inisiator program riset siswa Indonesia di Badan NASA, JW Saputro menyampaikan, kedua kelompok siswa ini menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk micro-lab tersebut selama enam bulan terakhir. Pada Januari 2016, eksperimen mereka berhasil lolos tes terbang NASA yang sangat ketat dan boleh diluncurkan ke International Space Station (ISS) dengan menumpang pada kargo angkut Cygnus.
Beberapa saat lalu, roket Atlas V sudah memasuki orbit ISS. Setelah itu, perlu beberapa hari untuk mengarahkan Cygnus sampai tiba docking/rendezvous tepat dengan ISS. Para astronaut yang sedang tinggal di ISS akan memindahkan perangkat eksperimen tersebut ke Nanoracks, suatu fasilitas penelitian di US National Lab di dalam ISS.
"Para siswa membuat eksperimen dalam sebuah laboratorium mikro yang membawa padi dan ragi, yang kemudian dikirimkan ke stasiun luar angkasa pada 23 Maret 2016," ujarnya.
Rencananya pada tanggal 20 Mei 2016, laboratorium mikro itu akan dikirim kembali ke bumi. 25 menit bagi roket pembawa laboratorium mikro untuk bisa mencapai ISS yang jaraknya sekitar 400 kilometer dari dasar bumi.
"Ini agenda serius. Bagaimana menumbuhkan makanan di luar angkasa. Biaya peluncuran ini sekitr Rp4 miliar per kilogram. Sedangkan angkutan yang dibawa oleh roket adalah 3 ton. Namun kami tidak perlu nembayar semahal itu karena alasan tertentu," ucapnya.