BPPT Kejar Ketertinggalan Industri Farmasi Indonesia
- Pixabay
VIVA.co.id – Dalam Kebijakan Paket Ekonomi XI yang dipaparkan Presiden Jokowi, salah satunya adalah mengamanatkan terkait percepatan kemandirian dan daya saing industri obat dan alat kesehatan dalam negeri. Kebijakan itu diputuskan, karena pada dasarnya Indonesia masih sangat tergantung dengan farmasi dan alat kesehatan dari luar negeri.
Untuk mewujudkan impian Presiden itu, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) meluncurkan Outlook Teknologi Kesehatan yang berisi proyeksi industri farmasi dan alat kesehatan di Indonesia sampai tahun 2035.
"(Outlook 2016), mengacu pada proyeksi demografi dan pola penyakit, kecenderungan pasar, kemampuan industri dan kebijakan pemerintah," ujar Kepala BPPT, Unggul Priyanto saat peresmian Pameran LAB Indonesia sekaligus peluncuran Outlook Teknologi Kesehatan edisi 2016 di JCC, Jakarta, Rabu 13 April 2016.
Menurut Unggul, jumlah penduduk pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 305,5 juta jiwa, maka BPPT memproyeksikan hingga tahun 2035 pola penyakit di Tanah Air mengalami pergeseran. Dibagi dalam beberapa kelompok seperti penyakit menular, penyakit tidak menular dan akibat cidera mengalami peningkatan.
Korelasi usia, kata dia, diperkirakan meningkat pada kelompok lanjut usia, sehingga peningkatan lebih kepada penyakit tidak menular, seperti stroke, penyakit jantung, hipertensi, diabetest, dan kanker.
"Diperkirakan kebutuhan produk kesehatan hingga tahun 2035, akan lebih banyak mengatasi penyakit tidak menular seperti produk obat untuk jantung, hipertensi, hiperkolesterol, osteoarthritis dan kanker serta obat analgetik antipiretik," jelas Unggul.
Peluncuran Outlook BPPT ini pun didukung oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Linda Maura Sitanggang menyampaikan bahwa Outlook BPPT akan menjadi sumber informasi untuk mengembangkan industri farmasi dan alat kesehatan.
"Farmasi dan alat kesehatan menyangkut hajat hidup orang banyak," ujar Linda.
Ia pun berharap, Outlook tersebut bisa menjadikan motivasi untuk mengembangkan industri farmasi dan alat kesehatan berkembang ke pasar Internasional. "Indonesia harus mengejar," tambahnya. (asp)