ESDM Pastikan Tak Ada Kenaikan Harga LPG 3 Kg

Senin, 11 April 2016 - 20:09 WIB

Oleh :

Jujuk Ernawati,

Sumber :

VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id

- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak ada kenaikan harga

Liquid Petroleum Gas

(LPG) subsisi atau ukuran 3 kilogram (kg). Ini lantaran harga LPG dunia sedang menurun.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM,

I Gusti Nyoman (

IGN) Wiratmaja Puja, menyampaikan awalnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam nota keuangan berencana mengurangi subsidi LPG 3 kg sebesar Rp1.000 per kg, dengan alasan untuk mengurangi beban negara.

"Tadinya di nota keuangan, Presiden ingin ada rencana mengurangi subsidi LPG, Rp1.000 per kg, tapi karena harga LPG dunia cukup turun, sehingga tidak perlu menambah harga LPG 3 kg itu, karena tertolong harga LPG dunia yang turun," kata Wiratmaja di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 11 April 2016.

Dia menegaskan, dengan harga LPG dunia yang saat ini masih rendah maka pemerintah tak perlu menaikkan harga LPG. Sebab, dengan harga LPG dunia turun, otomatis anggaran subsidi pemerintah akan cukup membantu menjaga harga elpiji tetap stabil.

Baca Juga :

Gas 'Pinky' Masuk Surabaya

Baca Juga :

Nasib Harga BBM Diputuskan Malam Ini

"Jadi, harga ini akan tetap seperti apa adanya, tidak perlu mengurangi subsidi yang Rp1.000, itu yang ingin saya

sharing

Baca Juga :

Pakai Gas Pipa Lebih Hemat 30 Persen dari Elpiji

agar masyarakat tidak panik, harganya tetap sebagaimana mestinya," kata dia.

Wiratmaja menambahkan bahwa harga LPG di Indonesia masih sangat bergantung harga di luar negeri, karena Indonesia masih mengimpor 60 persen dari seluruh suplai LPG di dalam negeri.

"Karena berbeda antara harga LPG dengan solar. Kalau solar kan subsidi tetap, kalau LPG kan subsidi sisa, jadi sisanya itu saja disubsidi. Jadi, kita terbantu dengan harga LPG dunia ini," tutur dia. (ren)

Baca Juga :

Halaman Selanjutnya

Wiratmaja menambahkan bahwa harga LPG di Indonesia masih sangat bergantung harga di luar negeri, karena Indonesia masih mengimpor 60 persen dari seluruh suplai LPG di dalam negeri.