Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh di Bawah Vietnam dan Filipina
Senin, 11 April 2016 - 12:34 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id - Bank Dunia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara, seperti Filipina dan Vietnam akan jauh lebih unggul dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty mengungkapkan, prospek ekonomi kedua negara itu akan memberikan kontribusi terbesar dari kawasan Asia Tenggara, karena diprediksi tumbuh berada di kisaran enam persen di tahun ini.
Â
"Sementara, pertumbuhan di Indonesia, diperkirakan tumbuh mencapai 5,1 persen di tahun ini, dan 5,3 persen di tahun 2017," kata Sudhir dalam sesi telekonferens di kantor Bank Dunia untuk Indonesia, Jakarta, Senin 11 April 2016.
Â
Meski begitu, capaian tersebut akan tetap bergantung pada keberhasilan dari paket reformasi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, serta implementasi program investasi publik yang tengah digenjot pemerintah.
Â
Selain itu, untuk beberapa negara perekonomian yang realtif kecil seperti Laos, Mongolia, dan Papua New Guinea, menurut Bank Dunia akan tetap terpengaruh dari rendahnya harga komoditas dan melemahnya permintaan dari luar. Apalagi, Kamboja yang diprediksi pertumbuhannya berada di bawah tujuh persen dalam dua tahun ke depan.
Â
Shetty mengingatkan, agar negara berkembang yang berada di kawasan mampu menjaga kerentanan ekonomi, dengan cara menjaga utang negara, deflasi harga, sampai dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih dalam tren perlambatan.
Â
"Laporan ini mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan transparansi dan memperkuat akuntabilitas, serta mengurangi hambatan terhadap perdagangan regional seperti non-tariff dan perangkat peraturan hambatan di bidang jasa," ucap dia. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Selain itu, untuk beberapa negara perekonomian yang realtif kecil seperti Laos, Mongolia, dan Papua New Guinea, menurut Bank Dunia akan tetap terpengaruh dari rendahnya harga komoditas dan melemahnya permintaan dari luar. Apalagi, Kamboja yang diprediksi pertumbuhannya berada di bawah tujuh persen dalam dua tahun ke depan.