Ekspedisi Ini Siap Ungkap Rahasia Hayati di Sumba dan Sulbar

Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain (tengah) di Gedung Widya Graha, LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (11/02/2016).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali melakukan ekspedisi penelitian di beberapa wilayah Indonesia. Saat ini, LIPI menyasar Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dan wilayah Sulawesi Barat untuk mengeksplorasi dan menyingkap keanekaragaman hayati yang masih tersembunyi.

Penelitian ilmiah yang dinamakan Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) ini akan mengungkap keanekaragaman ahayati yang belum diketahui, baik yang masih hidup maupun spesimen. Sebelumnya, pada tahun lalu, LIPI juga mengerahkan tim ekspedisinya untuk Enggano dan Gunung Tambora.

Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, mengatakan potensi keanekaragaman hayati yang masih tersembunyi terdapat di Pulau Sumba di Kawasan Wallacea, punya keunikan flora, fauna, dan mikrobiologi.

"Kawasan tersebut diyakini memiliki sumber daya dalam darat dan laut yang tinggi serta unik, karena berada di bagian selatan zona transisi Wallacea, di mana karakteristik biogeografi Indo-Malaya dan Australasia bertemu," ujar Iskandar di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat 8 April 2016.

Artinya, penemuan nanti yang didapat oleh para peneliti LIPI tersebut akan menambah keberagaman dan endemisitas yang tinggi, sehingga dapat dijadikan modal dasar pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Dikatakannya, industri berbasis sumber daya hayati diperkirakan akan maju pesat pada abad ini.

"Setiap kegiatan penelitan termasuk eksplorasi bioresources yang akan dilakukan, diharapkan membawa kontribusi scientific yang signifikan, serta membawa perubahan," ujarnya.

Diketahui, dalam Ekspedisi E-WIN ini melibatkan tiga bidang kedeputian LIPI, yakni Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Deputi Bidang Ilmu Kebumian, dan Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan.

"Mereka akan dipisah jadi dua tim besar ke Sumba dan Sulawesi Barat dengan total jumlah peneliti sekitar 60-70 orang. Ekspedisi kali ini diperkirakan akan menghabiskan waktu tiga minggu yang berangkat dari tanggal 15 April. Menyangkut biayanya sendiri mencapai Rp2,1 miliar," tutur Iskandar.

Demi Potensi Pulau Perbatasan, LIPI Kerahkan 23 Peneliti