Enkripsi WhatsApp Simbol Kemenangan HAM
- REUTERS/Mal Langsdon
VIVA.co.id - Implementasi enkripsi pada semua layanan menuai polemik. Di satu sisi, itu menjamin privasi pengguna tapi bagi penegak hukum, fitur keamanan itu akan menyulitkan mereka dalam mengusut aksi dan jejak kejahatan yang melalui platform teknologi terenkripsi.
Isu enkripsi pada platform teknologi memang telah menjadi topik hangat dalam beberapa bulan terakhir, Enkripsi pada aplikasi milik Facebook itu makin mempertajam perseteruan antara penegak hukum atau pemerintah AS melawan perusahaan teknologi yang berkomitmen menjaga privasi data pengguna.
Sebelumnya, muncul 'perang panas' antara Biro Penyelidikan Federal AS (FBI) melawan Apple dalam polemik membuka enkripsi iPhone 5c yang digunakan peneror di San Bernardino, AS, akhir tahun lalu. Kini dengan adanya enkripsi pada WhatsApp makin menambah deret panjang perlawanan terhadap pemerintah AS.
Enkripsi WhatsApp, bagi aktivis merupakan langkah yang baik. Dikutip dari Economic Times, Kamis 7 April 2016, perwakilan dari Amnesty International, Tanya O'Carroll menyambut baik dukungan yang kian besar terhadap perusahaan teknologi yang bertekad mempertahankan privasi data pengguna.
"Gerakan ini (dukungan enkripsi) merupakan dorongan besar bagi kemampuan manusia untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dan berkomunikasi tanpa takut," kata O'Carroll.
Dia menganggap meluasnya enkripsi itu menjadi tanda kemenangan besar bagi kemanusiaan.
"Ini adalah kemenangan besar bagi hak asasi manusia, khususnya para aktivis dan jurnalis yang tergantung dan percaya pada komunikasi yang kuat untuk melaksanakan pekerjaan mereka," kata dia dalam pernyataannya.
Sebelumnya, WhatsApp telah mengumumkan secara resmi layanan pada platform mereka akan dilundungi oleh enkripsi end to end.
Dalam pengumumannya di blog perusahaan, pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton menuliskan layanan yang terenkripsi pada WhatsApp mengusung gagasan yang sederhana. Yaitu pengguna mengirimkan pesan, dan hanya orang tertentu yang bisa membaca pesan percakapan grup atau personal yang telah dikirimkan.
Kedua pendiri itu juga menegaskan, pengguna WhatsApp tak perlu repot melakukan instalasi agar bisa mendapatkan enkripsi. Sebab dikatakan, layanan keamanan komunikasi itu telah bisa berjalan secara default (standar).
Dalam keterangannya di blog perusahaan, Koum menegaskan keputusan memperkuat WhatsApp dengan enkripsi merupakan misi pribadi.
"Saya tumbuh di Uni Soviet selama rezim komunis dan pada saat itu masyaraat tidak bisa berbicara secara bebas adalah salah satu alasan keluarga saya untuk pindah ke Amerika Serikat," kata dia.