Diah Pitaloka, Sang Pengambil Kebijakan Publik
VIVA.co.id – Diah Pitaloka lahir di Cilacap, 30 November 1977. Mengawali karier politiknya di akar rumput dengan menjadi pendamping lapang perempuan kepala keluarga.
Dari desa lah, Diah belajar banyak memahami seluk beluk kehidupan masyarakat dan pemerintahan desa. Diah menyadari kesulitan akses pembangunan bagi keluarga miskin, terutama perempuan yang menjadi kepala keluarga.
Selama enam tahun, Diah hidup bersama mendampingi para perempuan kepala keluarga di Kabupaten Subang. Selanjutnya, Diah meluaskan pengalamannya dengan mendampingi Serikat Perempuan Kepala Keluarga di Maluku Utara pada tahun 2009-2010.
Bukan hanya sekedar mendampingi dan memotivasi perempuan kepala keluarga, Diah hidup bersama kompleksnya masalah perempuan, politik dan sosial di pedesaan.
Berbekal kemampuan mengorganisir dan bersentuhan langsung dengan kesulitan perempuan, Diah kian matang bersikap. Dia percaya, politik adalah sebuah jalan agar bisa memperjuangkan lebih banyak cara untuk mengentaskan kesulitan hidup yang dialami rakyat.
Maka dia pun melanjutkan langkahnya dan mulai masuk ke dunia politik. Pengalaman berorganisasi membawa lulusan Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Parahyangan (Unpar) itu dipercaya menjadi Ketua REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi) Jawa Barat, organisasi sayap PDI Perjuangan.
Kini, Diah duduk di kursi parlemen. Dukungan suara rakyat Dapil III Kabupaten Cianjur-Kota Bogor membawanya menjadi Anggota Komisi II DPR RI (2014-2019).
Di kursi legislatif, dia mengawali langkahnya dalam tugas yang dijalankan di Komisi II yang terkait dengan permasalahan pedesaan, pemerintahan daerah, Pemilu, Pilkada, tata ruang dan agraria serta pemberdayaan masyarakat dan seluk beluk pemerintahan desa. Politisi PDI Perjuangan ini menilai pentingnya peran kaum perempuan dalam dunia politik di Indonesia.
“Saya berharap agar kita mendukung peran politik perempuan untuk aktif di ruang publik, untuk jadi pemimpin dan tidak takut berpolitik,” ujar Diah.
Duduk di kursi parlemen, membuatnya ogah sekadar jadi pemanis. Maka, hari-harinya kini dia lewatkan dengan mendengar aspirasi rakyat. Kunjungan kerja ke sejumlah daerah, tak pernah dia lewatkan.
Dia kini aktif terlibat dalam Kaukus Perempuan Perlemen RI (KPPRI) dan didaulat sebagai Ketua Divisi Kebijakan Publik dan Advokasi.
Begitulah Diah. Dia lihai berkomunikasi dengan banyak kalangan, termasuk pengambil kebijakan dalam dan luar negeri. Bagi Diah, kemampuan itu bisa menjadi bekal mewujudkan kata-kata Bung Karno, bahwa menjadi wakil rakyat adalah menjadi penyambung lidah rakyat. (Web)