Sektor Ini Ditarget Jadi Penyumbang PDB Tertinggi
Rabu, 6 April 2016 - 15:15 WIB
Sumber :
VIVA.co.id - Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pariwisata, Oneng Setya Harini, mengatakan pemerintah memproyeksikan sektor pariwisata pada 2020, dapat menjadi penyumbang pertumbuhan domestik bruto (PDB) paling tinggi bagi negara.
"Posisi saat ini masih pada ranking empat. Kami proyeksikan pada 2020, menjadi penyumbang devisa tertinggi setelah mengalahkan gas, batu bara, dan kelapa sawit," kata Oneng dalam diskusi 'Peluang koperasi kelola bisnis gurih pariwisata' di Galeri UKM Gedung Smesco, Jakarta, Rabu 6 April 2016.
Dia menjelaskan, untuk menjadi penyumbang tertinggi bagi PDB, kementeriannya menargetkan masuknya wisatawan mancanegara hingga 20 juta orang pada 2019.
Lalu, wisatawan nusantara 275 juta orang dan target peluang lapangan kerja sebanyak 13 juta orang.
"Untuk devisa negara ada kenaikan dengan target Rp240 triliun. Saat ini, baru Rp120 triliun. Saya kira ini perlu kerja keras. Dan, indeks daya saing pariwisata yang memang masih rendah. Tapi 2015, sudah mulai membaik karena sudah di posisi 50 dari 150 negara. Tahun 2014, kami masih pada posisi 70. Artinya, ada kenaikan yang signifikan, yani 20 angka," kata Oneng.
Dia menargetkan, pada 2019, indeks daya saing pariwisata Indonesia bisa mencapai peringkat 30.
Strategi mencapai target-target tersebut, di antaranya pengembangan destinasi, pemasaran, industri pariwisata, dan pengembangan kelembagaannya.
"Untuk pemasaran, kami dapatkan anggaran yang luar biasa, yang tadinya hanya Rp300 miliar, sekarang Rp3 triliun. Artinya, untuk pemasaran sudah luar biasa. Tahun 2016, kami punya target mensertifikasi 35 ribu orang untuk sektor pariwisata. Lalu, bagaimana promosi sudah dilakukan secara gencar. Kalau destinasi tak disiapkan ini bisa jadi kendala," kata Oneng. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Untuk devisa negara ada kenaikan dengan target Rp240 triliun. Saat ini, baru Rp120 triliun. Saya kira ini perlu kerja keras. Dan, indeks daya saing pariwisata yang memang masih rendah. Tapi 2015, sudah mulai membaik karena sudah di posisi 50 dari 150 negara. Tahun 2014, kami masih pada posisi 70. Artinya, ada kenaikan yang signifikan, yani 20 angka," kata Oneng.