24-03-1999: NATO Bombardir Yugoslavia
- www.kosovo.net
VIVA.co.id - Hari ini, 17 tahun lalu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pimpinan Amerika Serikat, telah menjadikan Yugoslavia sebagai target pemboman.
NATO menjatuhkan 21 ribu ton bom yang menghantam pabrik, rumah sakit, sekolah, jembatan, kilang minyak serta kantor pemerintah.
Mengutip situs History, sebanyak 13 negara anggota NATO menyediakan pesawat untuk operasi termasuk Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Portugal, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.
Pasukan AS sendiri mengisi 75 persen kekuatan NATO dalam operasi itu. Saat operasi dimulai, kekuatan NATO terdiri dari 277 pesawat, termasuk 192 pembom, 63 pesawat dukungan logistik, 19 pesawat pengintai dan tiga helikopter.
Invasi NATO ini untuk mengakhiri kekerasan pasukan Serbia terhadap warga Albania di Kosovo serta menggulingkan Presiden Yugoslavia, Slobodan Milosevic. Serangan udara berlangsung hingga 10 Juni 1999.
Kampanye pengeboman NATO ini menandai operasi tempur besar kedua dalam sejarah, setelah pada 1995, NATO membombardir Bosnia dan Herzegovina.
Pada 23 September 1998, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1199 yang mendesak pemerintah Republik Federal Yugoslavia dan Albania Kosovo untuk melakukan gencatan senjata dan memulai pembicaraan damai.
Resolusi 1244
Situasi meningkat setelah insiden di Desa Racak pada 15 Januari 1999 ketika bentrokan bersenjata terjadi antara pasukan keamanan Yugoslavia dan militan dari Tentara Pembebasan Kosovo.
Sebanyak 45 orang dilaporkan telah tewas dalam insiden itu. Selama operasi, pasukan NATO melakukan total 37.500-38.400 penerbangan tempur dan menyerang lebih dari 900 sasaran di Serbia dan Montenegro.
Lebih dari 21 ribu ton bom dijatuhkan. Pemboman dihentikan pada 9 Juni setelah penandatanganan perjanjian di kota Kumanovo oleh perwakilan dari Yugoslavia dan NATO yang setuju menarik pasukan Yugoslavia dan polisi dari Kosovo dan penyebaran pasukan internasional di wilayah tersebut.
Pada 10 Juni, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1244 yang meresmikan kehadiran sipil dan militer internasional di Kosovo.
Lalu, dua hari kemudian unit pertama pasukan internasional yang dipimpin oleh NATO - KFOR (Kosovo Force) masuk wilayah tersebut.
Slobodan Milosevic akhirnya digulingkan dari kekuasaan melalui Revolusi Populer di Beograd pada Oktober 2000. Ia digantikan oleh Vojislav Kostunica, seorang moderat nasionalis Serbia, yang berjanji mengintegrasi Serbia ke Eropa serta membuka isolasi dunia.
(mus)