Usai Demo Sopir Taksi, Saham Blue Bird dan Express Anjlok
Rabu, 23 Maret 2016 - 13:51 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Yossy Widya
VIVA.co.id - Setelah unjuk rasa supir-sopir taksi kemarin, saham dua emiten transportasi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalami penurunan pada penutupan sesi siang hari ini, Rabu 23 Maret 2016.
Saham taksi putih, berkode TAXI siang ini merosot 1,7 persen, atau empat poin ke posisi Rp231 dari pembukaan pagi tadi di posisi Rp238. Sementara itu, taksi biru berkode BIRD turun 75 poin, atau 1,17 persen ke posisi Rp6.325 dari sebelumnya Rp6.400.
Kepala Riset Universal Broker, Satrio Utomo mengatakan, aksi unjuk rasa yang memprotes keberadaan taksi online seperti Uber dan Grab oleh karyawan kedua perusahaan itu turut memengaruhi pergerakan masing-masing saham.
"Blue Bird sejak hari ini memang turun, tetapi volume tidak besar. Saya kira, kalau memang pengaruh (demo) tidak besar, cuma masih bergerak turun karena pasar, bukan karena sentimen negatif. Kalau TAXI memang bergerak sesukanya saja. Tidak karena demo," ujarnya, saat dihubungi di Jakarta, Rabu 23 Maret 2016.
Satrio menilai, aksi demo terjadi memang karena persoalan persaingan usaha antara taksi konvensional dan taksi online. Sehingga, harus dicari jalan tengahnya terkait permasalahan tersebut. "Sebelum solusi, keliatan kita wait and see (cermati) dulu," ujarnya.
Dalam hal ini, Satrio mengaku dia memang tak pernah merekomendasikan saham-saham perusahaan taksi. Sebab, sebelum ada taksi online persaingan sengit sudah terjadi. Lalu, ditambah lagi dengan kehadiran taksi online, yang akan semakin menekan kinerja perusahaan taksi konvensional.
"Ini yang harus diwaspadai. Waspadai kinerjanya. Saya wait and see untuk saham keduanya. Kita tidak merekomendasikan," tuturnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi. Ia melihat bahwa kedua saham operator taksi tersebut tidak menarik jika dibandingkan dengan sektor konsumer dan perbankan.
Kemudian, tambahnya, fundamental kedua perusahaan tersebut juga kurang bagus.
"Sektor transportasi lebih baik dijauhi. Tetapi, yang sudah punya rekomendasinya tahan saja," ucapnya. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya