Lagi, PLN Kekurangan Batu Bara
VIVAnews - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) kembali mengalami kekurangan pasokan Batu Bara. Kepala Bidang Energi Batu Bara PLN Pudji Widodo mengatakan hampir seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) cadangannya di bawah 30 hari.
"Pembangkit-pembangkit yang mengalami krisis batu bara di antaranya PLTU Paiton yang dikelola Paiton Energi Company (PEC). Pembangkit ini hanya memiliki cadangan 21 hari, PLTU Suralaya di bawah 30 hari, Tanjung Jati B 23 hari, sementara cadangan pasokan normal 1,5 bulan," ujar Pudji di Jakarta, Kamis 5 November 2008.
PLTU Cilacap, selama ini dipasok Adaro Energy , Kideco, dan Jorong. Sekarang ini, Adaro hanya memasok 50 persen dari pasokan normal. Padahal jumlah ini hanya bisa memenuhi kebutuhan batu bara 50 persen PLTU Cilacap.Â
"Pemasok meminta PLN menaikkan harga beli batu bara. Padahal, sesuai peraturan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, kenaikan harga itu untuk pengiriman 2009," katanya.
Pudji menuturkan, pengiriman batu bara PLTU Tanjung Jati B terganggu pasokan dari Kaltim Prima Coal (KPC). "Nampaknya feed stock yang ada untuk mengganti pasokan ekspor yang telat," imbuhnya.
Untuk mengatasi krisis batu bara itu, PLN akan melakukan impor batu bara dari 24 perusahaan di Australia. Kini, PLN sudah melakukan penawaran dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Pudji berharap, perseroan dapat menerima pasokan batu bara dengan harga murah.
Tetapi PLN tetap siap jika harus membeli dengan harga pasar. "Kalau harganya tinggi sangat berat,"jelas dia.
Pudji menuturkan, sebenarnya ada produsen dalam negeri yang menawarkan batu bara dengan harga US$ 116 per ton. Padahal, kata dia, harga pasaran yang mengacu pada pasar Australia US$ 94 per ton.
"Impor dari Australia digunakan untuk pasok ke Tanjung Jati B, PEC, dan Suralaya sebanyak 300 ribu ton. Ini untuk pengiriman Desember-Maret, batu bara dari Australia ini cocok untuk pembangkit PLN. Kalaupun tidak cocok masih bisa kita campur dengan stok yang ada," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Dirjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Bambang Setiawan menuturkan, meskipun PLN membeli batu bara dengan impor, PLN akan mendapatkan harga murah."PLN kan lihat hanya dari indeks," imbuh dia.Â
Menurut Bambang, pemerintah sudah memberi fasilitas antara pemasok dengan PLN. Namun Bambang menjelaskan belum mengetahui hasil pertemuan antara produsen dengan PLN.
Terlepas dari itu, Bambang mengatakan jika PLN mau melakukan impor boleh-boleh saja. Tetapi dia meragukan PLN bisa mendapat harga yang lebih murah.