Sosialisasi Empat Pilar dalam Pentas Seni Budaya Bali
VIVA.co.id – Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta, menghadiri acara budaya di Bali bertajuk ‘Pentas Seni Budaya Bali' dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Pentas seni yang diselenggarakan di lapangan Desa Kamasan, Klungkung, Bali ini juga dihadiri Sekretaris Jenderal MPR RI Ma'ruf Cahyono, anggota MPR RI dari kelompok DPD I Kadek Arimbawa, Wakil Bupati Klungkung, Forkompimda Provinsi Bali dan ratusan masyarakat sekitar Klungkung dan di luar Klungkung, Bali, Kamis 17 Maret 2016.
Antusiasme masyarakat lokal Bali untuk menyaksikan pagelaran seni budaya sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan membanjirnya ratusan masyarakat dari berbagai desa menyemut di lapangan Desa Kamasan. Yang sangat unik adalah banyak masyarakat yang membawa serta anak-anaknya untuk menyaksikan pagelaran seni budaya. Pagelaran seni budaya ini juga dalam rangka suasana hari Nyepi beberapa hari lalu.
Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta mengatakan sangat mengapresiasi gerakan Sosialisasi Empat Pilar MPR yang digelar ke berbagai daerah, apalagi sosialisasi dengan menggunakan metode pementasan seni dan budaya. Hal ini sangat sesuai, sebab di Bali budaya dan seni sudah mendarah daging. Keterlibatan negara dalam upaya mempertahankan budaya bangsa sangat patut disyukuri dan didukung penuh rakyat.
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa Indonesia memang beragam dan berbeda, tapi dalam wadah NKRI perbedaan tersebut telah menyatu seperti contoh, di daerah kelahiran Oesman Sapta di Kalimantan Barat ada sebuah desa yang penghuninya banyak orang Bali, tapi sudah sangat berbaur dengan masyarakat lokal, itulah toleransi.
"Dalam kesempatan ini saya ucapkan selamat hari raya Nyepi untuk warga Hindu Bali seluruhnya, saya juga berikan apresiasi warga Hindu Bali yang menujukkan keindahan toleransi dalam suasana nyepi mempersilahkan umat muslim Bali menjalankan ibadah sholat gerhana, itu sangat baik dan harus menjadi contoh teladan," katanya.
Hal unik terjadi, di tengah-tengah pidato, Oesman Sapta tiba-tiba melakukan sedikit tes kepada ratusan masyarakat yang hadir. Oesman Sapta berteriak, kalian kenal klungkung, dijawab serempak kenal, pertanyaan kedua Oesman Sapta berteriak kalian kenal Bali, serempak masyarakat menjawab kenal. Pertanyaan ketiga, Oesman Sapta berteriak, kalian kenal Indonesia, kalian kenal Pancasila, kalian kenal UUD, dan kembali masyarakat menjawab serempak kenal.
"Saya lega, saya tidak meragukan rasa nasionalisme rakyat Klungkung Bali, saya apresiasi itu. Untuk anak-anak, saya tekankan Pancasila , NKRI, konstitusi negara sangat penting kalian harus mempelajari dan memahami dengan baik," ujarnya.
Pegelaran seni budaya diawali dengan pementasan sendratari seni dan ogoh-ogoh dengan lakon Kumbakarna Pralaya. Lakon ini mengisahkan tentang keteguhan bela negara Kumbakarna adik dari Rahwana.
Akibat kesalahan sang kakak yang menculik Dewi Sinta dari tangan Rama, mengakibatkan negaranya diserang. Rama serta balatentara kera dipimpin Hanoman menyerang negara Kumbakarna. Kumbakarna dengan keteguhan hatinya melakukan bela negara. Kumbakarna tidak membela kakaknya tapi yang dia bela adalah negaranya yang diserang negara luar.
Pagelaran kedua menampilkan seni khas Klungkung yakni memperkenalkan budaya khas Klungkung lainnya yakni fashion show yang dibawakan generasi muda Klungkung, kain dan pakaian tenun endeg khas Klungkung.
Serangkai dengan itu, ditampilkan pula pagelaran seni lukisan wayang klasik Kamasan yang diaplikasikan di kain tenun endeg Klungkung. Bukan hanya di kain dan pakaian, lukisan wayang klasik Klungkung juga diaplikasikan di berbagai media antara lain di kipas dan kanvas. (rin)