LIPI Ingin Berikan Gelar Seperti Perguruan Tinggi
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan United Nations University-Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) sepakat untuk hadapi perubahan iklim global. Keduanya akan menjalin kerja sama untuk mengadaptasi perubahan iklim yang mengutamakan pemanfaatan dan penguatan ekosistem serta pendekatan alamiah.
"Dengan UNU-EHS bekerja sama kita mencoba menghasilkan penelitian bersama untuk melahirkan konsep-konsep. Di luar negeri ada UNU-EHS, di sini ada LIPI," ujar Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain ditemui di sela-sela workshop di Ruang Seminar Gedung PDII LIPI lantai 2, Jl. Gatot Subroto 10, Jakarta, Senin 14 Maret 2016.
Iskandar mengatakan, dengan tajuk yang diusung low regret, menurutnya, hal tersebut merupakan terminologi khusus yang dipakai oleh peneliti untuk mengatasi isu perubahaan iklim.
"Bagaimana konsep itu kita terapkan untuk mengurang risiko bencana, di mana kita yang beradaptasi terhadap perubahan iklim itu," ucapnya.
Selain itu, Iskandar mengungkapkan, kerja sama itu juga akan sama-sama mengembangkan research school. Sebuah keinginan dari kedua belah pihak untuk menghasilkan gelar master, namun bukan berasal dari universitas. Tapi gelar master yang berbasis riset, sebab LIPI memiliki fasilitas untuk melakukan riset tersebut.
"Tapi ini juga harus didukung, apakah oleh regulasi yang mewadai atau menaungi ‘universitas’ tersebut. Di Indonesia belum bisa, karena regulasinya memberikan degree (gelar) oleh lembaga atau institusi di luar universitas belum ada, tapi di beberapa negara sampa master itu ada yang berikan adalah riset ilmu pengetahuan bukan universitas," tuturnya.
Dengan kerja sama ini, LIPI mengharapkan dapat merealisasikan lembaga yang menghasilkan gelar bagi peneliti.
"Melalui ini juga dalam konteks capacity building school sedang upayakan diakui dan bisa berdiri dan kemudian menghasilkan degree itu melalui riset," tutur Iskandar.