Produksi Padi 2015 Terbesar Satu Dekade
Jumat, 4 Maret 2016 - 07:22 WIB
Sumber :
- Dokumentasi Kementerian Pertanian.
VIVA.co.id - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengklaim, produksi padi di tahun 2015, adalah produksi padi terbesar selama 10 tahun terakhir. Padahal tahun 2015, ada bencana el nino yang melanda Indonesia.
Baca Juga :
Indonesia Terancam Krisis Petani
Mentan mengutip data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dua hari lalu, bahwa produksi padi di tahun 2015 sebanyak 75,36 juta ton.
“Itu produksi padi tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Ini semua berkat kerja kita semua, para bupati, para dandim (komandan distrik militer) dan petani Indonesia,” ujar Amran usai rapat koordinasi pengendalian harga gabah di Madiun, Jawa Timur, Kamis 3 Maret 2016.
Data itu, menurut Amran adalah data yang tidak bisa diperdebatkan. Karena fakta empiris di lapangan menunjukkan, beras di 26 pasar besar di Indonesia termasuk Pasar Cipinang, suplainya naik 100 persen.
"Biasanya, dalam 10 terakhir ini, pada bulan Januari-Februari adalah musim paceklik, harga naik 30 persen. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, harga turun 20-30 persen," ujar Menteri.
Menteri Pertanian membandingkan, antara tahun 1997 dengan tahun 2015, adalah tahun Indonesia dilanda El Nino.
“Tahun 1997 kita impor beras sebanyak 7,1 juta ton beras. Saat itu jumlah penduduk kita mencapai 202 juta jiwa. Pada tahun 2015, El Nino yang merupakan bencana terbesar sepanjang sejarah, produksi kita sebanyak 75,36 juta ton. Harusnya tahun 2015 kita impor 10 juta ton dengan penduduk sebanyak 251 juta jiwa. Tetapi kita tidak, impor kita nol,” tandas Amran Sulaiman.
Tidak hanya beras yang dibanggakan Amran, ada berberapa komoditas yang pada tahun 2015 lalu sudah bisa diekspor.
“Kita sudah ekspor bawang 100 persen, jagung 1.000 persen. Ekspor ayam ke Myanmar, sudah mangga, dan ekspor beras organik ke Italia,” ucapnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Biasanya, dalam 10 terakhir ini, pada bulan Januari-Februari adalah musim paceklik, harga naik 30 persen. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, harga turun 20-30 persen," ujar Menteri.