22-2-1942: Jenderal MacArthur Harus Keluar dari Filipina
- www.history.com
VIVA.co.id - Hari ini, 74 tahun silam. Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, memerintahkan Jenderal Douglas MacArthur untuk keluar dari basis militer AS di Filipina. Langkah ini menyusul tindakan sepihak Jepang menyerbu China pada 1937 dan penandatanganan kesepatakan Pakta Tripartit antara Jepang dengan Nazi Jerman dan Italia pada 1940.
Dilansir dari situs History, Filipina telah menjadi bagian dari persemakmuran AS sejak diserahkan Spanyol pada penutupan Perang Spanyol-Amerika pada 1898. FDR, sapaan akrabnya Roosevelt, kemudian kemudian membentuk strategi bersandi Perang Pelangi, yakni perintah agar MacArthur menarik pasukannya ke pegunungan di Semenanjung Bataan dan menunggu bala bantuan tentara AS yang lebih terlatih.
Selain itu, MacArthur juga diperintahkan untuk memimpim 10 ribu AD AS ditambah 12 ribu orang Filipina yang bersedia bergabung dan masuk angkatan darat Paman Sam, serta 100 ribu tentara Filipina. Namun, MacArthur justru memutuskan menghadapi langsung Jepang serta mengindahkan perintah FDR.
Kebijakan radikal MacArthur seakan meremehkan kekuatan Jepang. Pada hari pemboman Pearl Harbor, Jepang menghancurkan hampir setengah dari pesawat AS yang berbasis di Filipina. Pada akhir Desember 1941, MacArthur terpaksa harus menarik pasukannya kembali ke garis pertahanan di Semenanjung Bataan.
Kemudian pada 2 Januari 1942, ibukota Filipina, Manila, jatuh ke tangan Jepang. Presiden Roosevelt hatus mengakui dirinya bahwa kesempatan AS untuk menang tidaklah besar dan ia tidak bisa membiarkan MacArthur jatuh ke tangan Jepang.
Sebuah pesan tiba di Corregidor, Filipina pada 20 Februari, yang isinya memerintahkan MacArthur meninggalkan Mindanao menuju Melbourne, Australia, di mana dirinya harus memimpin pasukan AS dan akhirnya ia manut dan pergi dua hari setelah pesan tiba, dan merampungkan tugas negaranya pada Maret 1942. (ren)