Bunga Acuan Turun, BI Klaim Tak Ada Intervensi

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside/Files

VIVA.co.id - Turunnya suku bunga acuan (BI Rate) menjadi tujuh persen dan giro wajib minimum (GWM) menjadi 6,5 persen pada hasil keputusan rapat dewan gubernur (RDG) beberapa waktu lalu, dinilai bukanlah hasil intervensi siapapun.

Kepala Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara,‎ mengatakan turunnya BI Rate dan GWM itu berdasarkan hasil keputusan yang didahului oleh berbagai analisa BI yang matang.
 
"Keputusan penurunan BI Rate dan GWM yang dilakukan BI itu tidak ada intervensi dan juga bukanlah hasil kompromi antara BI dan pemerintah. Ini diputuskan karena BI benar-benar yakin menurunkan," ujar Tirta, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 20 Februari 2016.
 
Dia menjelaskan, meski pada RDG pertama pemerintah ikut dalam menyikapi BI Rate, bukan berarti BI saat itu menurunkan BI Rate. 
 
Artinya, kata dia, adanya undangan atau tidak untuk pemerintah dalam RDG, BI tetap pada keputusannya menurunkan BI Rate menjadi tujuh persen dan GWM di level 6,5 persen.
Inflasi Terkendali, BI: Akhir Tahun di Bawah 4%
 
"Bulan lalu ketika kami undang pemerintah, itu karena ada yang perlu didiskusikan dan penjelasan lebih detail secara langsung," kata Tirta.
Depan The Fed, BI Berbagi Strategi Tangkis Gejolak Global
 
Menurut Tirta, pertemuan di RDG pertama kala itu bukan alasan BI untuk menurunkan. Tapi, karena perhitungan dan analisa BI yang membuat penurunan BI Rate dan GWM.
BI: Ketidakpastian Politik Pengaruhi Kepercayaan Pasar
 
"Kalau tekanan BI Rate turun kan dari dulu yang ingin turun banyak. Tapi, selalu BI menanti perkembangan sampai yakin," ujarnya.
 
Sebagai informasi, ‎sebelumnya banyak kalangan seperti pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta BI menurunkan suku bunga acuannya hingga 6,5 persen. 
 
Alasannya, karena inflasi rendah dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika (AS) mulai menguat.
 
Dengan diturunkannya BI Rate dan GWM ini diharapkan perekonomian Tanah Air dari berbagai sektor bisa kembali bergairah. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya