Mitos atau Fakta: Benarkah Berutang Banyak Membuat Miskin?

Ilustrasi wanita pusing .
Sumber :
  • Halomoney

VIVA.co.id - Utang merupakan kewajiban seseorang untuk membayar sejumlah uang yang dipinjam. Tidak sedikit yang berpandangan bahwa utang merupakan hal yang menakutkan, karena mereka khawatir tidak dapat hidup dengan layak jika memiliki utang.

Memang benar, banyak orang yang jatuh ke dalam jurang utang dengan nilai fantastis. Banyak yang menjadi stres dan menyerah lalu melakukan kejahatan mencuri uang, demi menutupi utang tersebut. Ironisnya, sebagian kecil lain menyerah dengan cara mengakhiri hidup karena tidak kuat membayar utang tersebut.
 
Apakah utang memang sangat menakutkan seperti itu, sehingga harus dihindari jauh-jauh?
 
Kenyataannya, banyak sekali perusahaan besar yang tetap sukses, namun masih memiliki pos utang dalam jumlah besar di laporan keuangannya. Memang, perusahaan disebut sehat dan likuid jika jumlah aset yang dimiliki perusahaan jauh lebih tinggi dari utangnya.
 
Namun, bukan berarti keberadaan pos utang membuat berbagai perusahaan besar tersebut dicap gagal, atau akan bangkrut.
 
Punya Banyak Kartu Kredit Ternyata Ada Untungnya
Managing director dari situs pembanding produk keuangan, Halomoney.co.id, Jay Broekman mengatakan, kita dapat belajar dari kinerja keuangan perusahaan-perusahaan besar tersebut untuk diterapkan dalam skala manajemen keuangan pribadi.
 
Ini Gambaran Indahnya Hidup Tanpa Utang
"Saya kira utang tidaklah selalu menjadi batu sandungan seseorang untuk memperoleh hidup sejahtera. Jika dimanfaatkan dengan bijak, utang sebenarnya dapat menjadi salah satu jalan untuk mencapai kesuksesan," kata Jay melalui keterangan tertulisnya, Jumat 19 Februari 2016. 
 
Cara Menghemat Pengeluaran Sekolah Anak-anak
Untuk itu, kita perlu membedakan dua jenis utang dilihat dari tujuan penggunaannya, yaitu yang produktif dan konsumtif. Utang produktif merupakan utang yang tujuan peminjamannya adalah untuk mendapatkan manfaat finansial.
 
Sebagai contoh, ketika Anda meminjam dari saudara, atau bank untuk tujuan memulai suatu usaha, maka utang yang Anda pinjam tersebut dikategorikan sebagai utang produktif. 
 
Laba usaha yang dihasilkan dari kegiatan bisnis yang dibangun atas utang tersebut juga dapat digunakan untuk melunasi pinjaman secara berkala. Meskipun uutang sudah lunas, bisnis Anda masih tetap berjalan dan menghasilkan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hdup Anda sehari-hari. 
 
Utang konsumtif, merupakan kebalikan dari utang produktif, yaitu utang yang tujuan peminjamannya tidak memberikan manfaat finansial secara langsung untuk dapat melunasi hutang tersebut.
 
Sebagai contoh, Anda mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli mobil sebagai sarana mudah untuk pulang pergi ke kantor, atau pergi berlibur ke luar negeri.
 
Kegiatan tersebut, tidak dapat dikatakan mendatangkan manfaat finansial secara langsung bagi Anda, jadi utang yang Anda ajukan termasuk ke dalam kategori utang konsumtif.
 
Apakah benar Anda dapat menjadi kaya dengan memiliki utang produktif? 
 
 
Sebagai simulasi, Anda mengajukan pinjaman Rp25 juta dengan tenor 12 bulan dan bunga nol persen untuk mempermudah ilustrasi. Pinjaman digunakan untuk memulai suatu usaha butik dan pelunasan utang dilakukan dengan cara dicicil sebesar Rp2 juta per bulan.
 
Asumsikan, Anda mampu menghasilkan omzet Rp1 juta per hari alias Rp30 juta per bulan. Dengan biaya operasional sebesar Rp 25 juta per bulan, Anda memiliki laba bersih sebesar Rp5 juta per bulan. 
 
Anda dapat menggunakan laba bersih untuk melunasi cicilan utang setiap bulan, sehingga sisa bersih yang dapat Anda ambil adalah Rp3 juta.
 
Bisnis butik tentu diharapkan berjalan terus, sehingga setelah pinjaman lunas di akhir tahun, butik Anda tetap berjalan, bahkan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena tidak perlu membayar cicilan utang lagi.
 
Jika cermat, Anda bisa melunasi utang produktif tersebut dengan menggunakan keuntungan dari bisnis. Sebagai tambahan, tahukah Anda bahwa beberapa perusahaan besar seperti Starbucks, Dell, dan Domino’s Pizza dimulai dengan utang?
 
Berbeda dengan utang produktif, utang konsumtif memang tidak mendatangkan manfaat finansial secara langsung. Jika memang terpaksa menggunakan utang konsumtif, pastikan Anda memiliki arus kas yang cukup dan stabil untuk melunasi cicilan utang tersebut. 
 
Selain itu, sebagian penggunaan konsumtif seperti berlibur atau membeli smartphone lebih cocok dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. Anda bisa mendapatkan beberapa fasilitas seperti diskon atau cicilan nol persen untuk membantu Anda membeli kebutuhan tersebut.
 
Ada dua hal yang meyebabkan, mengapa seseorang dapat jatuh ke dalam kemiskinan karena berutang. Pertama adalah tidak cermat terhadap syarat dan ketentuan utang, seperti biaya bunga dan tanggal jatuh tempo. 
 
Dan, yang kedua adalah kesalahan pemanfaatan utang, yaitu menggunakan pinjaman untuk kegiatan konsumtif seperti yang dicontohkan di atas. Jika Anda bijak memanfaatkan utang, baik utang produktif maupun konsumtif, menjadi kaya dengan cara berutang merupakan hal yang wajar dan masuk akal untuk dilakukan. 
 
Jadilah bijak dalam mengelola utang dan keuangan Anda, maka kesuksesan tentu akan menanti di depan mata. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya