Pendapatan Rio Tinto Anjlok Hingga 50 Persen

Ilustrasi industri pertambangan.
Sumber :
  • NY Daily
VIVA.co.id
- Anjloknya harga minyak dunia turut menekan harga komoditas dunia, sehingga memukul industri pertambangan. Salah satunya, perusahaan pertambangan bijih besi asal Inggris-Australia, Rio Tinto, melaporkan mengalami penurunan pendapatan pada 2015, akibat anjloknya harga komoditas dunia.   


Dilansir
BBC
, Jumat 12 Februari 2016, pendapatan Rio Tinto menyusut 50 persen menjadi US$4,54 miliar di 2015, dari tahun sebelumnya US$9,31 miliar. Rio melaporkan rugi bersih tahun lalu sebesar US$866 juta.


Akibat turunnya pendapatan, perusahaan yang memiliki tambang di Indonesia ini memutuskan tidak akan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Rio Tinto menahan dividennya senilai US$2,15 per saham, sedangkan di 2016, dividen diperkirakan sekitar US$1,1 per saham.


Perusahaan menyatakan, sudah tidak bisa untuk mempertahankan kebijakan dividen progresif. "Dengan terus menerus tidak menentunya prospek pasar, direksi meyakini bahwa mempertahankan kebijakan dividen progresif saat ini dapat membatasi bisnis dan bertindak melawan kepentingan jangka panjang pemegang saham," kata Chairman Rio Tinto, Jan du Plessis.


Enam Bulan, Realisasi Investasi Energi Mencapai US$876 Juta
Rio Tinto berencana melakukan pengurangan anggaran belanja modal sebesar US$3 miliar dan biaya operasi US$2 miliar selama 2016-2017.  (asp)
BPS: Pertumbuhan di Sektor Pertambangan Melambat
Ilustrasi emas batangan.

United Tractors Akan Produksi Tambang Emas

Saat ini gencar membangun infrastruktur di sekitar tambang.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016