Harga Minyak Anjlok, Ini Industri yang Masih Happy
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id - Merosotnya harga minyak mentah dunia hingga berada di bawah level US$30 per barel menjadi momok tersendiri bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas. Kendati demikian, anjloknya harga minyak tak serta merta membuat seluruh industri dalam negeri menjerit.
Salah satu industri yang terkena imbas positif dari penurunan harga minyak adalah industri penerbangan, karena harga bahan bakar penerbangan (avtur) berpotensi turun.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Arif Wibowo menuturkan, sampai saat ini biaya avtur yang digelontorkan perusahaan berada di kisaran 30-37 persen. Dengan adanya penurunan harga minyak, tentunya ini menjadi sinyal positif bagi perseroan.
"Ini sangat bagus. Penurunan harga minyak buat industri aviasi itu sangat baik, karena komponen biaya avtur itu 30 sampai dengan 37 persen," ujar Arif saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Jumat 12 Februari 2016.
Arif menjelaskan, jika harga avtur bisa kembali turun seiring dengan penurunan harga minyak mentah dunia, tentunya akan memberikan keuntungan, terutama jika perusahaan berencana melakukan ekspansi bisnisnya. Namun, hal ini akan tetap tergantung dari PT Pertamina sebagai produsen.
"Harga avtur bisa lebih murah, itu akan membuat kita lebih aman untuk berekspansi. Saya kira Indonesia sangat penting untuk itu," kata dia.
Sekedar informasi, sampai saat ini PT Pertamina tercatat sudah dua kali menurunkan harga avtur pada September 2015 dan Januari 2016. Secara nasional, rata-rata penurunan harga Avtur adalah sebesar Rp143 per liter. Khusus untuk Bandara utama termasuk Soekarno-Hatta (CGK), penurunan harga jual Avtur sebesar Rp170 per liter.