Rofi Munawar: Kebijakan Jagung Tak Berimbang
VIVA.co.id – Besarnya impor jagung dikarenakan produksi nasional tidak maksimal diserap, selain itu ada selisih yang besar antara kebutuhan dengan sisa impor yang telah dilakukan. Situasi ini menyebabkan kelangkaan pakan ternak, yang telah menyebabkan kenaikan harga daging unggas. Validasi data, proteksi karantina dan kebijakan sinergis sudah mendesak dilakukan.
Di Pasar Kelapa dua dan sinpasa, Tangerang harga daging ayam mencapai Rp35.000 - 40.000, per/kg.
"Berdasarkan data ada selisih yang cukup besar antara kebutuhan dengan angka impor. kemana alokasi sisa impor tersebut ? Kualitas data jagung yang tidak valid atau ada mafia impor jagung" ujar Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar dalam keterangan pers, Rabu 3 Februari 2016.
Tercatat Produksi jagung nasional di 2015 sebesar 18.841.625, dengan kebutuhan 19.252.741. sehingga terjadi kekurangan pasokan (defisit) sebesar 411.117. Di sisi lain angka impor mencapai 2.741.966, dari data tersebut menunjukan ada sisa impor jagung 2.330.849.
Rofi yang juga Wakil Ketua Inbang Fraksi PKS menjelaskan, impor selama ini tidak memperhatikan produksi jagung di petani dan melanggar UU No 18/2012 tentang Pangan. seharusnya pemerintah memberikan kewajiban kepada perusahaan Feedmill untuk bekerjasama dengan petani mengembangkan budidaya jagung sampai Indonesia swasembada jagung.
"HPP jagung yang ada tidak cukup adaptif, sehingga lebib banyak harga di serahkan sepenuhnya ke mekanisme pasar dan fluktuasi harga yang tidak stabil sehingga petani tidak mau menanam jagung karena harga di bawah BEP. Pemerintah harus segera menyesuaikan HPP jagung yang ada," ujarnya.
Sebagai informasi, peternak unggas dan produsen pakan ternak mengaku saat ini dalam kondisi 'sekarat'. Ini terjadi setelah harga jagung yang jadi bahan baku utama pakan ternak sempat melambung hingga Rp7.000/kg, di sisi lain Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menahan jagung impor.