Investor Saham dan Obligasi 'Kendalikan' Laju Rupiah
Selasa, 2 Februari 2016 - 07:47 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id - Perjalanan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tetap melaju di jalur hijau semakin menunjukkan performa perbaikan. Masih adanya sentimen positif memberikan ruang bagi rupiah untuk dapat bertahan di zona hijau.
Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengungkapkan, hingga saat ini rupiah bergerak di level Rp13.635 per dolar AS. Pihaknya memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang batas bawah di posisi Rp13.780 serta target batas atas di posisi Rp13.545 per dolar AS.
"Di pasar spot valas cenderung mengalami peningkatan. Kami masih berharap panguatan dapat kembali terjadi pada rupiah," kata Reza di Jakarta, Selasa, 2 Februari 2016.
Reza mengatakan, arus modal asing yang kembali masuk baik di ekuitas maupun obligasi diharapkan dapat mempertahankan laju kenaikan lanjutan rupiah.
Di samping itu, pelaku pasar puas terhadap rilis inflasi yang dianggap masih dalam kisaran stabil. "Hal itu memberikan sentimen positif pada laju rupiah," ucapnya.
Baca Juga :
BPS: Pertumbuhan di Sektor Pertambangan Melambat
Selain itu, Reza menambahkan, keputusan Bank of Japan (BoJ) tidak banyak berdampak pada perkembangan laju rupiah. Sebab, dampak dari keputusan BoJ yang menerapkan suku bunga negatif hanya berimbas pada yen yang terus mengalami pelemahan.
"Langkah BoJ ini dimaksudkan guna menghidupkan kembali perekonomian Jepang agar bangkit dari keadaan deflasi. Alhasil, pelaku pasar terlihat terus melakukan tekanan jualnya terhadap yen," tuturnya.
Aksi tersebut, kata Reza, akibat dampak dari penerapan suku bunga negatif sehingga berimbas langsung pada mata uang yen.
Reza melanjutkan, mata uang negara-negara berkembang kecuali rupiah, terpukul oleh angka manufaktur Tiongkok yang lemah, sehingga memicu kekhawatiran terhadap negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.
"Pelaku pasar kembali melakukan tekanan jual terhadap yuan. Laju yuan terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin terlihat melemah 0,25 persen di level 6,61," ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Aksi tersebut, kata Reza, akibat dampak dari penerapan suku bunga negatif sehingga berimbas langsung pada mata uang yen.