Jelang Imlek, Lampion Malang Tembus Italia
Senin, 1 Februari 2016 - 14:43 WIB
Sumber :
VIVA.co.id - Imlek membawa berkah bagi industri rumahan di Jalan Juanda Gang V RT 9/RW 1 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang Kota Malang.
Sekitar 20 perajin di kampung tersebut kebajiran order lampion untum Imlek sejak November tahun lalu. Saking banyaknya permintaan, sejumlah order diberikan ke perajin lain di wilayah Kabupaten Malang agar semua pesanan terselesaikan sesuai tenggat.
Ahmad, pemilik Cempaka Lampion di Jalan Juanda mengaku telah kebanjiran pesanan sejak November 2015. Jika dihitung, produksi Cempaka Lampion sudah mencapai 20 ribu lampion sejak November hingga saat ini.
Jika di rata-rata, mereka harus membuat setidaknya 6.000 lampioan setiap bulannya. Jumlah itu naik pesat jika dibandingkan produksi di bulan lain, yang rata-rata mencapai 2.000 lampion dalam satu bulan.
“Banyak langanan tetap yang pesen order sejak November. Puncak pesanan akan diambil pada 6 Februari ini. Sebagian besar sudah diambil lebih dahulu,” kata Ahmad.
Lampion dengan kerangka dari rotan dan bahan dari kain khusus berdiameter 30 sentimeter menjadi model yang paling banyak diminati. Harganya bervariasi antara Rp25.000 hingga Rp5 juta satu buah.
“Harga Rp5 juta itu kemarin dipesan pembeli dari Jakarta. Mereka memesan lampion berbentuk monyet dengan ketinggian satu meter. Kami pakai kerangka dari baja,” lanjut pria yang mengeloa bisnis lampionnya sendiri sejak tahun 2006 itu.
Selain Jakarta, permintaan lampion juga berasal dari Medan, Kalimantan dan sejumlah wilayah di Sulawesi. Permintaan dari luar negeri juga tetap rutin masuk, salah satunya dari Italia.
“Ini sudah tahun ke tiga kami melayani pesanan dari Italia. Model bisnis mereka sedikit berbeda, karena menyertakan hak cipta atas desain lampion yang mereka pesan. Harganya juga berbeda karena dibuat khusus,” tuturnya. Cempaka membuat sekitar 2.500 lampion untuk pemesan dari Italia itu.
Seluruh pesanan imlek itu digarap oleh sembilan pekerja yang dibayar dengan sistem borongan. Meskipun tak banyak namun Ahmad menyebut upah borongan di tempatnya jauh lebih baik dibandingkan upah yang diberikan perajin di tempat lain.
“Mereka banyak yang sempat kerja di Bali. Tapi upah di sana lebih rendah, jadi mereka memilih kerja musiman di sini. Upah kami jauh lebih baik dibanding di Bali,” tuturnya. Dengan jumlah sembilan tenaga kerja, Ahmad bisa menyelesaikan setidaknya 100 lampion setiap harinya.
Selain Cempaka, ada sekitar tiga outlet lampion lain di Jalan Juanda. Rata-rata juga menerima peningkatan pesanan selama Imlek. Ahmad mengaku kesulitan meminta tolong pada outlet lain di sekitarnya saat kebanjiran order.
“Kemarin sempat ada permintaan sebanyak 600 lampion. Akhirnya saya lempar di kampung kakak saya di Tumpang, Kabupaten Malang,” tandasnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya