LIPI Temukan Zeofilter Penghilang Bau Tak Sedap Biogas
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan zeofilter yang dapat meningkatkan kualitas biogas sebagai energi baru. Biogas yang diperoleh merupakan dari kotoran hewan di peternakan, yang mana dapat diolah sebagai energi listrik untuk memasak.
Satriyo Krido Wahono, peneliti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK), LIPI Yogyakarta, mengatakan pengelolaan energi yang tepat dan pencarian sumber energi baru dan terbarukan non BBM, telah menggerakkan Indonesia memiliki potensi peternakan untuk menggunakan teknologi biogas.
"Biogas dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga panas dan listrik," ujar Satriyo dalam keterangan tertulis, Minggu 31 Januari 2016.
Jenis utama dalam biogas yang menjadi sumber energi adalah metana. Sedangkan, gas lain yang merupakan pengotor (H2O, CO2, SO2, dan H2S) menyebabkan performa biogas kurang optimal.
Jumlah gas metana yang terkandung dalam biogas masih kisaran 40-75 persen. Maka dari itu, pemurnian metana dalam biogas sangat diperlukan, agar dapat diperolehnya manfaat dari biogas yang lebih variatif dan optimal.
"Salah satu metode untuk meningkatkan kemurnian biogas, yaitu melalui teknik adsorpsi (penyerapan) dengan menggunakan zeolit alam asli Indonesia. Zeolit alam tersebut perlu diaktifkan dan dimodifikasi agar dapat dipergunakan sebagai pemurni biogas," ungkap Satriyo.
Ditambahkannya, zeolit alam memiliki potensi penyerapan gas yang bersifat multi-adsorpsi, khususnya untuk gas pengotor pada biogas, yaitu uap air (H2O), CO2, dan H2S, namun tidak menyerap metana (CH4) yang merupakan sumber energi dalam biogas, sehingga sangat sesuai untuk pemurni biogas.
Dalam potensei tersebut, dikatakan, LIPI menggunakan zeolit alam Indonesia menjadi pemurni gas yang disebut dengan zeofilter. Zeofilter ini mampu membersihkan biogas dari gas-gas pengotor lain, sehingga kualitas gas yang lebih baik, meningkat 5-20 persen dari kadar metana awal.
"Peningkatan efisiensi energi dalam proses konversi biogas menjadi energi listrik dan mengurangi potensi korosi dan menghilangkan bau kurang sedap dari biogas," tutur dia.
Dalam riset zeofilter ini, Satriyo memodifikasi zeolit alam dan mengaktivasinya melalui proses kimia dan fisika. Pada pengujiannya, ia menggunakan biogas berbentuk tangki terapung yang sudah ada zeofilter, efisiensi genset mencapai 35 persen, energi yang dihasilkan hingga 2.100 watt.
"Riset zeofilter ini masih berbentuk prototipe. Zeolit alam di Indonesia sangat banyak tetapi karakterisitiknya berbeda-beda, seperti berada di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur," kata dia.