Kenapa Indonesia Tidak Bisa Jadi Surga Belanja Dunia?
Selasa, 19 Januari 2016 - 14:59 WIB
Sumber :
- REUTERS/Lucy Nicholson
VIVA.co.id
- Meski dinilai punya potensi wisata besar, ternyata hal itu belum bisa membuat Indonesia berbicara banyak di kawasan Asia Tenggara.
Kementerian Pariwisata mencatat, Indonesia hingga saat ini belum mampu menyaingi negara seperti Singapura dan Hong Kong yang menjadi surga belanja bagi wisatawan asing.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sulitnya Indonesia menjadi negara tujuan wisata belanja lantaran belum baiknya sistem pengembalian pajak (tax refund) seperti yang telah diterapkan oleh Singapura dan Hong Kong.
"Kita sekarang enggak bisa bersaing karena sistem pajak kita tidak terlalu bagus," ujar Arief di Jakarta, Selasa 19 Januari 2016.
Arief menjelaskan, sistem pengembalian pajak ini justru hal kecil yang dilupakan pemerintah sehingga hal tersebut berakibat ketidakmampuan Indonesia dalam bersaing sebagai tempat wisata berbelanja bagi wisatawan asing.
"Misalnya kamu beli barang misalnya Rp10.000, kena tax 10 persen sudah Rp1.000. Bagi ibu-ibu, Rp1.000 saja sudah jadi masalah. Mereka bisa pindah ke toko sebelahnya. Apalagi kalau (tax-nya) US$1.000. Ini yang tidak menjadikan Indonesia sebagai surga belanja," kata dia.
Ia menjelaskan, untuk bisa menjadikan surga dunia belanja bagi para wisatawan, saat ini ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pajak, membuat street shopping, dan juga teknologi.
Menurut Arief, pihaknya pernah menyarankan ke kementerian perdagangan (Kemendag) untuk membuat tax refund agar Indonesia kompetitif, kemudian membuat electronic tourist refund services (ETRS).
"Selain itu kita juga belum memiliki street shopping, yang ketiga itu teknologi seperti e-commerce, karena lifestyle memang sudah berubah, dulu Telkom yang buat wartel, sekarang nggak ada wartel, kalau kita telepon kita nggak perlu datang ke suatu tempat," ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kita sekarang enggak bisa bersaing karena sistem pajak kita tidak terlalu bagus," ujar Arief di Jakarta, Selasa 19 Januari 2016.