Listrik Padam 30 Jam,Warga Manado: Kami Takut Teror Listrik
- VIVAnews/Darmawan
VIVA.co.id - Akibat listrik mati selama 30 jam sejak Sabtu 16 Januari hingga hari ini, Senin 18 Januari 2016, warga Manado, Sulawesi Utara, menyatakan kekesalannya. Warga, bahkan mengklaim lebih takut mati listrik daripada teroris.
"Kami tidak takut teror, tetapi kami lebih takut mati listrik. Semua kerja jadi terbengkalai. Manado seperti kota mati, semua sendi kehidupan mati," ujar Ady Putong, warga Kelurahan Karang Ria, Kecamatan Tuminting, Manado.
Humas PLN Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo), Dermawan Amir Uloli, mengaku listrik di Sulawesi Utara dan Gorontalo, sedang terganggu suplai listriknya.
"Sejak Sabtu lalu, sekitar pukul 14.28 WITA terjadi trip (gangguan) di sisi pembangkit, dan daya listrik yang hilang cukup besar, sehingga menyebabkan daya suplai pembangkit ke sistem Sulawesi Utara dan Gorontalo terganggu," katanya, Senin 18 Januari 2016.
Dia menambahkan, Area Pengatur dan Pengendali Beban (AP2B) Minahasa sedang melakukan upaya penormalan sistem listrik.
Rencananya, siang ini ribuan warga akan turun ke jalan berdemo di Kantor PLN Suluttenggo di depan Markas Kepolisian Daerah Sulewesi Utara, Sario Manado.
"Kami sudah mengirim surat pemberitahuan ke polisi untuk berdemo siang hari ini," ujar Jhon Dumais, mantan anggota DPRD Sulut.
Sebelumnya, pada Sabtu 16 Januari 2016, warga Manado dikejutkan dengan ditemukan sebuah bungkusan yang dicurigai bom. Polisi segera mengevakuasi bungkusan dalam karung putih yang menyerupai bom rakitan itu dan menjinakkannya.
Ternyata, bungkusan itu hanya sebuah galon yang ikat dengan kabel-kabel, dan terbungkus rapi dalam karung putih.
Polisi sempat menutup ruas jalan WR Supratman selama hampir tiga jam, sejak pukul 07.00 Wita hingga 10.00 Wita. Tim Penjinak Bahan Peledak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, menyisir selama dua jam Masjid Ahmad Yani, Jalan WR Supratman, Kelurahan Komo Dalam, Kecamatan Wenang, Manado. (asp)