Emiten Produk Kecantikan Ini Rugi Akibat Selisih Kurs
Rabu, 13 Januari 2016 - 11:03 WIB
Sumber :
- Romys Binekasri / VIVA.co.id
VIVA.co.id
- Manajemen emiten produk kecantikan PT Martina Berto (MBTO) mengungkapkan, 2015 merupakan tahun yang berat bagi perusahaan untuk dilalui. Sebab, penguatan mata uang Paman Sam, yang terus menggerus rupiah, berdampak besar terhadap pendapatan dan kinerja perseroan.
Baca Juga :
Banyak Kontrak Mundur, Laba Adhi Karya Turun
Direktur Utama Martina Berto, Bryan David Emil Tilaar mengatakan, selama 2015 pihaknya mencatat kerugian akibat selisih kurs sekitar Rp10 miliar. Meskipun angka tersebut belum diaudit namun jumlahnya sangat besar.
"Pelemahan rupiah terhadap dolar AS‎ tak dapat dipungkiri memberikan dampak pada perekonomian nasional. Dari pelemahan ini pun kami mencatatkan rugi kurs plus minus Rp10 miliar (unaudited) ," ujarnya ditemui saat pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 13 Januari 2016.
Selain pelemahan rupiah, Bryan menambahkan, daya beli masyarakat tahun lalu juga tergerus dengan pelemahan ekonomi yang terjadi. Hal tersebut mejadi perhatian tersendiri perusahaan untuk bisa diantisipasi.Â
"Di awal kan Presiden dan Wakil Presiden mengatakan bahwa target pertumbuhan 5 persen. Tapi ternyata hanya tumbuh 4,7 persen. Di masyarakat, hal ini ditandai dengan pelemahan daya beli. Karena 60 persen ekonomi Indonesia disumbang oleh konsumsi. Konsumsi melambat, ekonomi pun melambat," tuturnya.
Namun, dia optimistis, di tengah perlambatan tersebut, kinerja perusahaan yang menjadi rumah merek kosmetik Sariayu ini akan tetap bergerak positif. Terbukti, perusahaan tetap bisa mencatatkan pertumbuhan positif di 2015 di sisi penjualan dan pemasaran produk.
"Angka akhir tahun memang belum audited (belum diaudit) tapi angka dalam catatan kami ada growth ‎(pertumbuhan) di kisaran 3,4 persen dibanding tahun 2014. Di tengah kondisi ekonomi yang berat, kami bisa tetap tumbuh positif," tuturnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Selain pelemahan rupiah, Bryan menambahkan, daya beli masyarakat tahun lalu juga tergerus dengan pelemahan ekonomi yang terjadi. Hal tersebut mejadi perhatian tersendiri perusahaan untuk bisa diantisipasi.Â