Ditemukan, Buaya Kuno Seukuran Bus

VIVA.co.id - Ahli paleontologi yang meneliti area di Tunisia menemukan fosil yang mengejutkan. Para ahli menemukan fosil buaya raksasa yang ukurannya diperkirakan setara dengan ukuran satu bus. Temuan fosil buaya itu diketahui merupakan buaya terbesar yang pernah tinggal di laut.

Dikutip dari Washington Post, Rabu 13 Januari 2016, peneliti menemukan tengkorak kepala buaya yang panjangnya lebih dari 1,5 meter. Para ahli meyakini buaya prasejarah itu punya panjang kira-kira 9,1 meter dan bobotnya tiga ton.

"Ini sangat besar, hampir seukuran bus. Sangat masif," kata Federico Fanti, pemimpin penelitian dari Universitas Bologna, Italia menggambarkan buaya tersebut.

Peneliti menamai jenis spesies baru buaya ini dengan Machimosaurus rex atau dikenal M.rex

Fanti mengatakan dengan ukuran yang raksasa tersebut, pada masa hidupnya diperkirakan buaya ini menjadi 'raja' rantai makanan di lokasi tertentu.

Tim peneliti yang dibantu dengan National Geographic Society Committee for Research and Exploration menemukan fosil buaya raksasa tersebut terkubur hanya beberapa inchi dari sedimen Gurun Sahara di Tunisia. Diketahui Tunisia merupakan negara yang kaya fosil.

Peneliti mengatakan temuan itu bukan hanya kejutan besar saja, sebab peneliti mengaku butuh waktu dua hari untuk membongkar fosil tersebut dari dalam tanah.

Peneliti mengatakan M.rex pada masanya diperkirakan mampu untuk berburu di air dan sekaligus menjadi predator penyergap dan binatang pemakan bangkai.

Fanti mengatakan dibandingkan dengan buaya lainnya, M.rex punya kepala besar dan gigi pendek, tapi bentuk fisik itu menjadikan gigitannya sangat kuat. Misalnya, kata Fanti, buaya M.rex bisa memangsa kura-kura dengan mudah yang dianggap sebagai makanan idealnya.

Temuan itu juga dikatakan Fanti merusak teori kehidupan prasejarah sebelumnya. Diketahui selama ini, kelompok buaya M.rex telah dipertimbangkan telah punah pada 150 juta tahun lalu pada akhir Periode Jurassic. Tapi khusus untuk M.rex diperkirakan hidup kira-kira 130 juta tahun lalu.

"Ini membawa kita untuk mempetimbangkan teori kepunahan massal adalah salah dan kita harus lebih baik memahami apa yang terjadi pada akhir Periode Jurassic," kata Fanti.