Menjanjikan, Sektor Properti Mulai Incar Malang

Pekerja menyelesaikan proses pembangunan rumah
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang memprediksi pertumbuhan perbankan, khususnya bank umum di Malang akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dikisaran 5,5 persen.

Sejumlah sektor diprediksi mampu menyerap kredit perbankan dengan baik di tahun ini, di antaranya sektor properti, otomotif, pertanian dan peternakan. 

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Indra Krisna mengatakan khusus untuk wilayah Malang, permintaan di sektor properti masih bagus. Penjualan rumah dinilai masih menjanjikan karena masih banyak developer baru yang muncul.

"Permintaan di sektor properti masih sangat bagus. Penjualan perumahan terlihat bergairah. Bisa dilihat dari banyaknya developer baru bermunculan,” kata Indra Selasa 12 Januari 2016.

Namun pelaku usaha di bidang properti juga harus waspada ulah spekulan. Sebab, spekulan yang menjual aset secara massiv mampu menyebabkan harga properti hancur.

"Waspadai fenomena bubble, di mana pembeli properti ternyata spekulan. Ketika harga properti naik, spekulan ramai-ramai menjual kembali sehingga harga properti anjlok,” kata Indra. 

Tiga Cara Tarik Minat Calon Pembeli Rumah
Sektor lain yang juga menjanjikan bagi perbankan adalah kemaritiman, pertanian dan peternakan menyusul adanya inisiasi dari OJK untuk mempermudah akses para nelayan, petani, maupun peternak ke layanan perbankan.

Arema Tiba di Malang, Polisi Imbau Warga Tetap di Rumah
"Untuk nelayan, program inisiasi OJK adalah jaring, bagi petani ada asuransi pertanian. Keduanya sudah berjalan,” katanya. Asuransi Jaring bagi petani dikelola oleh Jamkrindo sedangkan pertanian digarap oleh Jasindo. Sedangkan sektor peternakan saat ini sedang dalam tahap survey dan ditargetkan berjalan di tahun ini. 

Mau Pecah Sertifikat Tanah? Ini Caranya
Sementara, sejumlah sektor juga diwaspadai membawa imbas buruk bagi pertumbuhan ekonomi. Seperti peredaran gula rafinasi impor yang lebih murah dibanding gula lokal akan membuat produsen gula lokal kalah saing.

"Dampaknya jelas akan menurunkan harga tebu sehingga petani merugi, jika merugi maka mereka akan kesulitan membayar pinjaman ke bank dan berdampak pada kesehatan perbankan," tutur Indra.

Hal lain yang juga membutuhkan penanganan serius adalah dampak dari penutupan penambangan pasir di Lumajang. Proyek yang merusak lingkungan tersebut di sisi lain juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Penghentian membuat masyarakat yang tadinya meminjam uang ke bank untuk membeli dump truck sebagai kendaraan operasional, kini mandeg karena dihentikan pemerintah.

"Jika pemerintah kemudian bisa mencarikan solusi dari permasalahan tersebut sehingga perekonomian masyarakat tetap bergerak, maka pertumbuhan ekonomi dan perbankan bisa sedikit di atas nasional," kata dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya