Komputasi Manusia, Solusi Problem Akut Dunia

Ilustrasi gelombang otak.
Sumber :
  • unocero

VIVA.co.id - Masalah besar masih melanda dunia. Misalnya perubahan iklim dan konflik geopolitik masih menjadi pekerjaan rumah bagi negara dunia. Meski sudah melakukan berbagai pertemuan antarnegara dan lembaga, namun masalah besar tersebut masih belum bisa diselesaikan.

Terkait dengan hal tersebut, peneliti mengatakan sebenarnya komputasi manusia bisa menjadi solusi masalah akut dunia.

Dikutip dari Scientific Computing, Rabu 6 Januari 2016, peneliti Human Computation Institute (HCI) dan Cornell University, Amerika Serikat mengatakan kombinasi manusia dan kecerdasan komputer bisa dipakai untuk menyelesaikan problem mengerikan di dunia tersebut.

Peneliti mengatakan kolaborasi antara manusia dan komputer bisa dipakai untuk menyelesaikan persoalan yang selama ini tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan tradisional.

VIDEO: Kenapa Bunga Matahari Mengikuti Gerak Sang Surya?

Peneliti mengatakan manusia punya kemampuan yang melebihi komputer dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan atau masalah, tapi ketika masalah kian besar, terutama yang melibatkan banyak data, maka kemampuan manusia terbatas. Pada titik ini lah kontribusi komputer bisa dipakai untuk membantu manusia.

Peneliti mengatakan dengan mengefektifkan kombinasi antara kecerdasan komputer dan kecerdasan manusia, maka bisa menghasilkan sistem komputasi hibrid yang bisa menyelesaikan masalah besar yang ada di dunia misalnya penyakit, perubahan iklim maupun konflik geopolitik.

Keyakinan peneliti bukan hanya bualan semata. Peneliti mencontohkan salah satu keberhasilan kolaborasi itu ada pada produk YardMap.org, sebuah proyek yang menggunakan input dari banyak orang melalui internet (crowdsourcing) untuk menyelesaikan masalah dunia.

Proyek yang diluncurkan peneliti Cornell pada 2012 tersebut berupaya untuk melihat percakapan global dan peta lokal dengan input dari banyak orang melalui internet.

"Dengan berbagi dan mengamati praktik dalam jejaring sosial berbasis peta, orang dapat mulai mengaitkan upaya individual mereka dengan percakapan potensial soal kehidupan," kata Janis Dickinson, profesor dan Direktur Citizen Science Cornell Lab of Ornithology.

Bukti lain dari kolaborasi bagus antara komputasi manusia dan skema crowdsourcing tersebut adalah penemuan terkait HIV yang mana bisa dicapai dalam waktu 10 hari saja. Hal ini dilakukan dengan kolaborasi pengguna internet melalui jaringan tersebut. Waktu tersebut sangat singkat bila dibandingkan dengan penemuan terkait HIV yang dilakukan peneliti, yang mana butuh waktu setidaknya satu setengah dekade.

"Jika anda menciptakan seorang ahli dengan mengkombinasikan orang dalam kerumunan (crowdsourcing) ini, kemudian anda telah memiliki akses ke banyak ahli dalam kerumunan ini. Jadi kita menggunakan metode 'kebijaksanan dari kerumunan' untuk mengombinasikan kontribusi dari khalayak ramai," kata Pietro Michelucci, Direktur Human Computation Institute dikutip dari Tech News World.

Selain Yardmap.org pendekatan ini bsia secara radikal meningkatkan studi medis. Misalnya, belum lama ini peneliti menggunakan metode kolaborasi tersebut dalam proyek riset penyakit Alzheimer. Melalui WeCureAlz.com, yang mengombinasikan sistem penugasan mikro dan komputasi manusia, peneliti mengklaim sukses melahirkan analitik interaktif untuk menemukan solusi dari penyakit tersebut.