Pemerintah Mengaku Beras Komoditas Paling Rumit
Kamis, 31 Desember 2015 - 19:07 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Persoalan pasokan beras merupakan komoditas pangan paling rumit dibandingkan yang lainnya. Ini menjadi fokus perhatian Presiden Joko Widodo.
"Bicara produksi dan impor, yang lebih complicated itu adalah beras," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, Kamis 31 Desember 2015.
Menurut dia, hal ini disebabkan adanya badai El Nino yang membuat sebagian wilayah Indonesia kering. El Nino tahun ini seperti tahun 1997 dan menyebabkan impor beras tidak terlalu banyak, namun hal tersebut membuat musim tanam bergeser.
"Tapi tahun ini kalau kita dengarkan BMKG ada penundaan musim tanam, terakhir Oktober-November itu lebih kurang sebulan sedikit. Tapi kita sadar, sawah teknis kita yang ada pengairannya sedikit lebih baik dibandingkan 10 tahun-15 tahun lalu," tuturnya.
Darmin mengungkapkan, saat ini stok beras pada akhir tahun sekitar satu juta ton, termasuk beras yang diimpor beberapa waktu lalu. Beras impor ini belum disalurkan ke pasar-pasar dan hanya untuk berjaga-jaga jika produksi tidak mencukupi. "Angkanya (impor) 400 ribu ton. Digabung akhir tahun, stok kita satu jutaan ton," ujar dia.
Darmin menjelaskan, kini pemerintah cermat menghitung stok beras dan melakukan antisipatif agar kebutuhan mencukupi. Pasalnya, setiap bulan saja pemerintah menyalurkan beras sejahtera sekira 230.000 ton.
Kemudian, pihaknya memprediksi bulan Januari-Februari 2016 akan ada operasi pasar, dan saat itu sedang memasuki bulan-bulan yang bergeser musim tanamnya. "Sehingga kita perkirakan ada berapa perkiraan kekurangan pasokan dari dalam negeri," kata dia.
Darmin menegaskan, pemerintah tidak akan langsung mengimpor beras dan menggelontorkannya, melainkan melihat perkembangan produksi dan harga terlebih dahulu.
"Kita pesan dulu saja diluar, kita lihat perkembangannya. Kalau diperlukan betul, masanya biasanya satu bulan. Pada akhir Maret produksi dalam negeri dan impor itu stok kita 1,350 juta ton. Itu betul-betul ujung dari masa paceklik. Apalagi akhir Maret-April, produksinya mulai normal. Dampak dari El Nino sudah terlewati dengan baik," lanjut mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Dengan membahas masalah pangan, Darmin berdalih pemerintah tidak hanya berbicara mengenai global saja, melainkan juga melihat foto satelit hingga curah hujan.
"Jadi setelah bulan April, kita percaya situasi normal lagi. Pada akhir April, stok beras kita 1.350 juta ton, termasuknya impor walaupun pelaksanaannya kita perhatikan perkembangan di lapangan," kata Darmin. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Darmin menjelaskan, kini pemerintah cermat menghitung stok beras dan melakukan antisipatif agar kebutuhan mencukupi. Pasalnya, setiap bulan saja pemerintah menyalurkan beras sejahtera sekira 230.000 ton.