Paket Kebijakan VIII, Biaya Operasional Garuda Hemat 10%
VIVA.co.id - Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VIII disambut baik oleh industri penerbangan nasional. Paket berupa insentif bea masuk suku cadang penerbangan dapat menghemat biaya operasional maskapai hingga 10 persen.
Sekaligus, sebagai solusi mendorong industri penerbangan nasional untuk bersaing pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang berlaku pada awal 2016 nanti.
Hal ini diutarakan, Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia Tbk, Benny S. Butarbutar kepada Viva.co.id di Jakarta, Selasa 22 Desember 2015.
"Ini akan menggurangi tekanan terhadap operasional, seperti biaya pembelian, biaya pemeliharaan, itu jauh lebih berkurang. Jadi, itu kira-kira bisa sampai 10 persen dihemat," ujarnya.
Menurut Benny, kebijakan ini akan meningkatkan daya saing maskapai Garuda Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dana yang dihemat bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan maskapai.
"Kita juga punya GMF (Garuda Maintenance Facility), ini akan membantu GMF memiliki daya saing. Artinya, kita bisa bermain di industri pemeliharaan dan perawatan pesawat. Sekarang, kita kan cukup terbesar di Asia Pasifik. Paket ini akan membuat GMF semakin dikenal dan makin memberikan kemampuan bersaing baik nasional maupun global," kata Benny.
Diutarakannya, saat ini, industri penerbangan Indonesia memang masih mengandalkan barang-barang impor, lantaran industri dalam negeri masih belum bisa memproduksi suku cadang pesawat. Akibatnya, pelemahan dolar sangat membebani impor suku cadang, yang diimpor dari Amerika Serikat dan Eropa.
"Sebab, 70 persen (pembelian) itu hampir menggunakan dolar, asuransi pesawat dalam dolar, pemeliharaan juga dalam dolar, impor mahal. Namun, saat ini yang diperlukan adalah untuk mampu bertahan dalam tekanan ekonomi nasional dan global," ujarnya. (asp)