Situs Kencan Picu Meningkatnya Penderita HIV?
- http://penghuni60sains.blogspot.com/
VIVA.co.id - Sebuah laporan terbaru dari Unicef mengemukakan, jika meningkatnya kemunculan aplikasi kencan di smartphone menjadi pemicu utama semakin meningkatnya epidemi HIV di antara kalangan gay dan pria biseksual, khususnya di wilayah Asia Pasifik. Situs kencan yang dimaksud seperti Tinder dan Grinder.
Menurut Unicef, meski jumlah penderita infeksi HIV telah menurun secara global di kalangan remaja dewasa, namun jumlah ini justru meningkat di kalangan remaja di Asia Pasifik. Sebagai contoh, di Filipina, kasus HIV baru di kalangan remaja dewasa meningkat tipis dari 2010 yang hanya 800 penderita, menjadi 1.210 di 2014, dan 1.403 di 2015.
Kini, jumlah itu meningkat di kalangan remaja tanggung. Penderita HIV di negara itu, yang berusia 10 sampai 19 tahun, mencapai 200.000 orang pada 2014. Penderita HIV di usia ini juga didominasi remaja tanggung dari kota Bangkok dan Hong Kong.
"Semua orang memiliki smartphone. Mereka punya akses bebas ke internet. Banyak dari mereka yang membuat akun sosial media palsu, khususnya Facebook, untuk bergabung dalam grup kencan dan mencari target yang mereka suka. Secara tidak langsung, internet telah membuka kesempatan seks yang luas dan tanpa batas bagi remaja-remaja itu," ujar Niluka Perera, koordinator dari Youth Voices Count, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 15 Desember 2015.
Kenaikan penderita HIV ini, menurut Perera, dikarenakan perilaku seksual beresiko yang semakin tak terbatas. Ada juga karena semakin seringnya berganti-ganti pasangan, perilaku seks yang tidak terproteksi dengan partner pengidap HIV, dan kurangnya kesadaran melakukan tes HIV. Semua hal yang tanpa batas itu dikarenakan aplikasi kencan mobile yang banyak bermunculan secara global.
Tak hanya Unicef yang menyadari hal ini. Awal tahun ini, departemen kesehatan di Rhode Island pernah mengatakan, jika meningkatnya jumlah penderita Syphilis dan Gonorrhea memiliki korelasi yang besar dengan tumbuhnya aplikasi kencan popular di kota itu, seperti Tinder.
"Aplikasi ini memberikan kesempatan yang luas untuk penggunanya memperlebar akses jaringan atau mitra seksual. Ini bisa jadi pemicu infeksi HIV yang luas pula, dan lebih cepat. Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah harus memiliki data yang kuat dan strategi untuk pencegahan, berikut dengan kebijakan dan aturan terkait," ujar Shirley Mark Prabhu, spesialis HIV dari Unicef Asia Timur dan Pasifik.
Strategi yang dimaksud, menurut Shirley, adalah edukasi seksual di sekolah, distribusi kondom, tes HIV dan layanan perawatan yang dirancang untuk remaja. "Kita harus berkomunikasi dengan mereka, dengan cara dan bahasa yang mereka mengerti. Peran kita bukan untuk menilai mereka, melainkan untuk memfasilitasi akses mereka ke layanan kesehatan," ujar Wing-Sie Cheng, penasehat regional untuk HIV dan Aids, Unicef di Bangkok.
(mus)