Harga Komoditas yang Turun Bikin Harta Miliader RI Tergerus
Senin, 7 Desember 2015 - 20:54 WIB
Sumber :
- REUTERS/Y.T Haryono/Files
VIVA.co.id
- Terfluktuasinya harga komoditas barang mentah seperti batubara dan kelapa sawit dalam dua tahun terakhir setidaknya memberikan dampak tersendiri bagi para miliader Indonesia.
Bahkan, dilansir dari majalah ternama asal Amerika Serikat (AS), Forbes, 50 orang terkaya di Indonesia mengalami penurunan kekayaannya sekitar sembilan persen atau US$9 miliar.
Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tergerusnya kekayaan para miliader Indonesia memang disebabkan oleh menurunnya harga komoditas dunia. Sebab, selama ini bidang bisnis yang digeluti para miliader memang lebih banyak berada di sektor tersebut.
"Kalau miliader, banyak urusannya dengan pertambangan. Kalau pertambangan natural resourcenya turun, ya itu," ujar Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin 7 Desember 2015.
Sekadar informasi, dari 50 orang terkaya di Indonesia, Forbes mencatat ada dua orang yang paling menonjol penurunannya yakni Edwin Soeryadjaya (No 33) dan Sukanto Tanoto (No 34).
Edwin saat ini memiliki 60 persen dari kepemilikan saham Saratoga Investama Sedaya yang bisnis utamanya bergerak di sektor pertambangan, yaitu batubara, migas, dan minyak kelapa sawit, yang anjlok nilai sahamnya sekitar 30 persen.
Sementara Sukanto, penurunan presentasi pendapatan telah membuat nilai usaha kelapa sawitnya, Asian Agri yang merupakan produsen terbesar di Indonesia anjlok secara dramatis. Hal ini membuat ia tersingkir dari peringkat papan atas miliarder di Tanah Air untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir.
Baca Juga :
Laba Anjlok, Astra Agro Lestari Tak Bagi Dividen
"Kalau miliader, banyak urusannya dengan pertambangan. Kalau pertambangan natural resourcenya turun, ya itu," ujar Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin 7 Desember 2015.
Sekadar informasi, dari 50 orang terkaya di Indonesia, Forbes mencatat ada dua orang yang paling menonjol penurunannya yakni Edwin Soeryadjaya (No 33) dan Sukanto Tanoto (No 34).
Edwin saat ini memiliki 60 persen dari kepemilikan saham Saratoga Investama Sedaya yang bisnis utamanya bergerak di sektor pertambangan, yaitu batubara, migas, dan minyak kelapa sawit, yang anjlok nilai sahamnya sekitar 30 persen.
Sementara Sukanto, penurunan presentasi pendapatan telah membuat nilai usaha kelapa sawitnya, Asian Agri yang merupakan produsen terbesar di Indonesia anjlok secara dramatis. Hal ini membuat ia tersingkir dari peringkat papan atas miliarder di Tanah Air untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir.
Baca Juga :
Ada Moratorium, Investasi Sawit Tetap Berjalan Baik
Kepastian hukum investasi CPO tetap terjaga baik.
VIVA.co.id
9 Agustus 2016
Baca Juga :